“Yul, kau jaga Krystal dan Yoona ya, hari ini hari terakhir promo akhir pekan.”
“Ya…”
Dengan mood hari minggu, Yul menjawab pertanyaan istrinya dengan suara berat bangun tidurnya tanpa memikirkan pertanyaan darinya. Pintu kamar pun terdengar tertutup dengan pelan setelah beberapa langkah dari seseorang menjauhi Yul yang masih berbaring di ranjang. Yul menghela nafas dan terjatuh dalam ketidak sadarannya untuk kembali tidur.
Eommaaa!!!
…
Ssh Soojung-ah~
…
DUG
…
HUWAAAA YUL APPAAAAA
…
Yul membuka lebar matanya begitu tangisan anak lelaki pertamanya membangunkannya. Tubuh malas hari minggunya ia angkat untuk terduduk kemudian otaknya mulai mengingat dan memikirkan kalimat istrinya pagi tadi.
‘…Jaga Krystal dan Yoona… Promosi akhir pekan…’
Kelopak mata Yul saling menjauhi satu sama lain sejauh yang mereka bisa, saking lebarnya kelopak mata itu terbuka, mungkin kedua bola matanya bisa terlepas keluar. Hari minggu setelah lembur, tanpa jatah semalam dan trik istri untuk membuatnya menjaga kedua anak yang melebihi batas sewajarnya anak-anak. Terutama bocah 7 tahun bernama Kwon Yoong. Ini adalah yang pertama kali dan yang terakhir ia harapkan untuk terjadi seumur hidupnya. Tangisan kencang Yoong dan teriakan Krystal memanggil ibunya masih menguasai kediaman Kwon dan tentu saja sangat cocok untuk menjadi lagu background hari minggu penyiksaan Kwon Yul.
“Oh tuhan… Mengapa aku sangat memaksa istriku untuk memiliki anak 7 tahun yang lalu dan menyesal memiliki anak 7 tahun kemudian…?”
==============================
“Keroro robo kick!”
DUG
“Aish, Kwon Yoong!”
Yul menaruh mangkuk kecil yang berisi bubur instan milik putri kecilnya di kursi tingginya dan menghampiri Yoong yang sedang melakukan aksi rutinnya saat menonton keroro.
“Appa- ah!”
Karena tubuhnya yang jauh lebih kecil dari Yul, dengan mudahnya Yoong terangkat dan terlempar ke atas sofa empuk oleh Yul. Yoong bersiap-siap melindungi dirinya dari serangan ganas Yul dan…
“Ahahaha! Hahaah! Appa! He-hentikan! Hahahaha!!!”
“Hah? Kau ingin digelitiki sampai mengompol? Baiklaaaah.”
“Aaaah!!! Appa! Hahahahaha! Sudah! Sudah! Aku mau pipis! Aaah!!!”
“Hmmm? Apa? Appa tidak bisa mendengar suara dari anak kecil yang belum sikat gigi.”
“Hahahah! Iya! Aku- hahah! Ssss- sikat- aaah!!! Appa!!! Aku mau pipiiiiiis!!!”
Setelah puas dengan serangan gelitikannya, Yul melepaskan putra kecilnya dan membiarkannya berlari menuju kamar mandi. Saat ia kembali menghampiri Soojung, sepertinya Soojung lebih ingin diperhatikan ketimbang kakaknya, karena balita itu dengan polosnya telah memakan, memainkan, melempar dan mengacak-acak sarapannya.
“Appa!”
Soojung memberi Yul senyumannya yang lebar dan pemandangan lantai ruang makan penuh dengan bubur instan yang bertebaran. Entah mengapa, senyum itu membuat Yul hanya bisa membalas dengan senyuman pula, tapi yang jelas bubur yang bertebaran itu tidak akan bersih karena senyuman manis Soojung.
======
Ding-Dong
Bel pintu rumah berbunyi bersamaan saat Yul sedang sibuk membersihkan bubur Soojung yang bertebaran di lantai sekaligus menyuapi Soojung.
“Yoong! Lihat siapa di luar!”
“Ne appa!”
Dengan cukup penasaran, sekali dua kali Yul melirik ke arah pintu rumah mereka dan menunggu tamu yang datang itu masuk. Beberapa saat kemudian, Yoong datang menghampirinya dengan wajah kegirangan.
‘Bisa kutebak…’
“Appa! Tamunya ingin bertemu denganmu! Ayo cepaaat!”
Yoong menarik-narik tangan besar ayahnya untuk mengikutinya ke pintu depan. Yul menatap dengan penuh kecurigaan pada putranya itu seraya mengikutinya keluar dari ruang makan.
“Kwon Yuuuul!”
“Ti-Tippani?!”
Seorang wanita memakai baju serba hitam melompati tangga-tangga kecil dan mendarat tepat di tubuh tegap Yul. Tanpa ragu, Yul menangkap wanita itu dan seketika merasakan tatapan sinis dari arah depan.
“Eeh… Fany-ah, a-ada apa?”
“Taeng dan aku diberi kabar bahwa sahabat kami meninggal dini hari tadi, kami akan menghadiri pemakamannya, tapi kau tau kan kami tidak mungkin membawa Seohyun dan Sulli kami yang manis?”
Tiffany melepaskan pelukannya dari tubuh Yul, begitu Yul melihat Tiffany mengeluarkan air mata, Yul menghapusnya dan memberinya sebuah pelukan dan beberapa tepukan di punggung Tiffany.
“Aku turut sedih, Fany-ah, dan-”
“Intinya, kami ingin kau bersedia untuk menjaga Seohyun dan Sulli sampai kami kembali dari acara pemakaman teman kami.”
Dengan Sulli di lengan kanannya dan Seohyun yang menggenggam tangan kirinya, Taeng menghampiri istri dan temannya dengan tatapan berapi-api. Yul yang menyadari hawa panas dari lelaki di hadapannya langsung melepas wanita yang berpakaian serba hitam dan tersenyum canggung pada mereka.
“O-ooh, ti-tidak masalah taengoo, kau tau aku suka anak kecil! Hahahah! Yoong dan Soojung akan senang ditemani mereka!”
Yul membungkukkan badannya untuk memberi salam pada Seohyun. Sementara pandangan Yul teralih, Tiffany memberi senyuman dan eye-smile dengan makna berbeda pada Taeng. Merasa terkalahkan oleh istrinya, Taeng berkeringat dingin dan seketika tatapan berapinya padam.
“U-uh, Seohyunnie, jaga sikapmu dengan baik ya, dan awasi adikmu Sulli, sore ini appa dan eomma akan kembali ke sini menjemput kalian.”
“Ne appa.”
“Anak baik.”
Taeng tersenyum pada Seohyun dan memberinya kecupan ringan di dahi. Taeng menyerahkan Sulli pada Yul dan Yul menyambutnya dengan lengan kanannya.
“Sulli, eomma dan appa pergi ya, bersikap yang baik pada Yul appa ya?”
“Yah! Aku appa nya!”
“Aku sedang berbicara dengan Sulli, Kim Taeng. Dah sayang~”
Nada dingin dari Tiffany cukup membuat Kim Taeng terdiam kaku. Tiffany memberi kecupan di bibir manis Sulli dan berpamitan pada Yul bersama Taeng.
“Seohyun-ah, ayo masuk, Yoong sudah-”
Tanpa perlu dipanggil setelah membawa Sulli dan Seohyun masuk, Yoong dengan penuh semangat berlari menghampiri gadis kecil setinggi paha Yul.
“Seohyun-aaah~ appa membelikanku figurine robot keroro! Ayo lihat di kamarku.”
“Ne oppa.”
Yul menghela nafas atas sikap anak lelakinya pada putri Taeng yang tertua. Yoong selalu berkata dengan gembiranya pada Yul dan Jessica bahwa dia menyukai Seohyun. Tapi tidak pernah berani mengatakannya pada Seohyun karena dia takut Taeng akan memarahinya jika mendekati putrinya. Yul menurunkan Sulli di dalam area kecil berpagar pendek milik Krystal dan kedua balita itu langsung bermain dengan satu sama lain.
“Kau melakukannya dengan baik Yul, ternyata mengurus anak tidak sesulit memikirkan pekerjaanku.”
Yul hendak menghampiri kursi santai dan mengambil korannya untuk bersantai sebentar ketika…
PRANG
Dengan panik dan kekhawatiran yang penuh, Yul menaiki lantai dua asal suara itu berasal dan langsung menghampiri anak-anak.
“Ada a- AAAAH!!!!! P-poster Daniel Henney milik sica baby!!! D-dan foto Sica baby bersama Josh!!!”
Yul melirik pada putranya yang tersenyum lebar penuh rasa ketakutan dan berkeringat dingin sekujur tubuhnya. Sebelum Yul membalas dendam pada Yoong dengan gelitikannya, Seohyun membungkuk dan menangis pada Yul.
“Yul ahjusshi, aku yang salah, Yoong oppa terpleset saat ingin menunjukan Keroro robo kick padaku da-dan… Huaaaa.”
“Seo-seohyunnie, sssh, aniyo, gwenchana, kalian turun dan bermainlah dengan Sulli dan Soojung, Yul ahjusshi yang akan mengurus ini…”
Seohyun mengangguk pada perintah Yul dan pergi begitu saja dengan Yoong yang masih berwajah pucat, takut-takut sang ayah akan membalas dendam padanya atau bahkan ibunya akan mengamuk ketika ia pulang. Bagaikan mendekat kepada monster besar yang hendak melahapnya, Kwon Yul merasakan hal itu ketika berfikir bagaimana istrinya akan membunuhnya bila ia tau 2 benda berharganya hancur di saat bersamaan.
“Ooh tidak… Aku akan terbunuh dengan digantung terbalik dalam pendingin selamanya…”
HUWAAAA
“Krystal! Aish! Kwon Yoong! Apa yang-”
Seakan tertimpa gedung runtuh sesudah melompat dari gedung itu, tanpa sengaja Yul menginjak pecahan kaca dari frame foto Jessica bersama Josh.
“DEMI MELON JUNG SOOYEON!!!! KAKIKU!!! AAAAH!!!!”
========
“Appa, sakit ya?”
“Makan dan duduk dengan benar, Kwon Yoong… Appa tidak mau terkena bencana lagi…”
Yoong menuruti ayahnya dan kembali duduk di atas kursi makannya untuk makan dengan rapih. Dari sofa di ruang tamu, Yul memperhatikan ke 4 bocah-bocah kecil penyulut keributan makan dengan damainya. Akhirnya pagi yang cukup menyiksanya lenyap sudah, namun dengan perut keroncongan dan kaki yang nyeri, Yul merasa penyiksaannya akan tetap berlanjut. Ketika hendak membuat makan siang, stock bahan makanan yang tersisa hanya spaghetti porsi 2 orang anak kecil dan sekotak bubur bayi instan. Dan saat akan pergi ke mini market terdekat, ia sadar dompet yang menjadi hartanya telah dirampas oleh sang istri untuk berbelanja.
“Lapar…”
DING
Yul membangkitkan tubuhnya setelah mendengar panggilan dari mesin kopinya. Yang ia punya saat ini untuk menunda rasa lapar hanyalah minuman itu. Dengan limbung Yul perlahan berjalan menuju dapur, melewati bocah-bocah kecil yang berpesta makan siang di atas kelaparannya.
“Ahjusshi! Taeng appa bilang padaku saat ia lapar ia tidak boleh minum kopi!”
Seohyun memprotes pada tindakan Yul yang hendak menyeruput minumannya.
“Seohyun-ah, ahjusshi tidak punya pilihan lain, aku sangat lapar~”
Sulli yang berada di dekat Yul dan mendengar percakapan antara kakaknya dan sang paman, merasa penasaran dengan minuman berwarna hitam pekat itu.
“Yul! Sulli mau!”
“Hahaha, tidak bisa Jinri, ini pahit dan appa mu akan mengamukiku bila memberimu sedikit saja.”
Sulli kecil yang benar-benar merasa penasaran mengamuk pada Yul dan menarik-narik ujung kaus Yul untuk memaksa meminta minuman hitam pekat itu.
“Ah! Sulli! Jangan tarik-tarik bajunya! Bahaya!”
Dengan maksud kepahlawanan yang penuh, Yoong melompat dari kursi makannya untuk mencegah Sulli. Di saat yang bersamaan, Krystal dengan tak sengaja menjatuhkan beberapa tetes buburnya tepat di bawah kaki Yoong akan berpijak. Tentunya, Yoong terpleset dan itu akan menjadi kedua kalinya kesialan terjadi pada Kwon Yul karena anaknya yang terpleset. Air panas berwarna hitam pekat dan beraroma wangi mengalir dari gelas Yul dan membawa petaka bagi perutnya yang terbentuk rapih dengan otot.
“Kwon. Yoong. AAAHHHH!!!!”
“A-appa! Akan kuambilkan es!”
“Ya sudah, cepat! Aiiish!!!”
Segera Yul melepas kaus putih miliknya yang ketumpahan air kopi panas dan meniup-niup perutnya yang terasa pedih karena panasnya air. Dengan terpincang-pincang Yul menarik kursi makan dan terduduk di atasnya. Tak lama Yoong menghampirinya dengan plastik bening berisi sebongkahan es, Yul mengambilnya dari Yoong dan menempelkannya tepat di atas bagian perutnya yang memerah.
“Aigoo, kenapa aku memakai kaus putih? Sica baby akan memarahiku kalau nodanya tidak bisa hilang…”
Dengan tangannya yang lain, Yul mengangkat kaus yang ketumpahan kopi. Saat menyadarai corak dari kausnya, mata Yul kembali terbuka lebar dan tangannya yang memegang bongkahan es ia lepas untuk merentangkan kausnya dengan kedua tangannya.
“Tunggu dulu… Kaus ini… Pemberian sica baby sewaktu ulang tahun pernikahan kami…”
Tanpa menunggu lagi, Yul yang masih terpincang-pincang buru-buru menghampiri mesin cuci mereka. Di saat yang bersamaan, bel pintu rumah mereka kembali berbunyi.
“Aish! Kwon Yoong! Sambut tamunya!”
“Baik, appa!”
Dalam mode sangat panik, Yul mencari-cari penghilang noda dan setelah menemukannya, buru-buru ia menuangkan cairan itu dan-
“KWOOOON YUUUUUUL!!!”
DUG
Glek.
“Oops…”
============
“Yul appa!”
Krystal yang manis dan lugu sedang duduk di atas dada bidang dan terbentuk milik Kwon Yul yang terkulai lemas di atas sofa. Akibat sahabat dan putranya, Choi Sooyoung & Kwon Yoong yang berhasil menggantikan acara minum kopinya menjadi acara minum cairan penghilang noda, semua makanan yang tersisa dalam lambungnya punah. Tak hanya sekali dua kali perutnya meneriakkan kelaparan dan setiap teriakkan yang keluar, Krystal akan tertawa geli dan memukul-mukul perut Yul tepat di atas bagian yang ketumpahan kopi.
“Yah, Choi Sooyoung… Seandainya kau tidak punya anak semanis Choi Kyungsan, aku pasti tidak akan berfikir 2 kali untuk membunuhmu…”
Sooyoung yang sedang mengunyah menjawab Yul tanpa menelan makanannya dulu.
“Boh, dhia mmemmang mehngambhil bhanyhak dhariku”
Karena tepat berada di depan Yul, makanan yang sooyoung kunyah berpindah ke wajah Yul sebagian.
“Aiish! Yah! Telan dulu makananmu, Choi Shikshin! Dan lagi… MAKANAN?!”
Yul menurunkan Krystal dari tubuhnya dan otomatis menatap penuh harap pada Sooyoung.
“Ya, makanan, memang apalagi? Sunny bunny ku yang manis dan imut dengan setulus ikhlasnya memasak makanan ini untukmu.”
“Dan kau memakannya.”
“Aku yakin kau belum rabun.”
“Sempurna.”
“Aku memang sempurna~”
“-_- lupakan, kenapa kalian kemari?”
“Maksudmu aku dan Kyungsan? Sunny mengusir kami karena dia bilang dia harus membersihkan rumah, bukankah dia istri yang baik?”
Yul memutarkan bola matanya dan menghela nafasnya.
“Rasanya aku bisa mengerti mengapa sulit untuk membersihkan rumah ketika suami shikshinmu terus memintamu memasak.”
Sooyoung tidak menghiraukannya dan dengan lahapnya kembali memakan masakan yang seharusnya sudah ada dalam perut temannya yang kelaparan. Dikarenakan harapan mendapatkan sumber energi sudah tak lagi bisa ditemui, Yul memutuskan untuk memejamkan matanya saja dan tidur. Walau pun Sooyoung telah menguras habis seluruh energinya, setidaknya dia membawa Kyungsan yang bisa menghentikan Kwon Yoong mengganggunya.
“Kyungsaaan! Akan kubalaskan dendamku!!!”
Seakan membaca pikirannya, Yoong tiba-tiba berteriak dan terdengar langkah kakinya berlari mendekat.
“Andwaeee!”
Kyungsan berteriak dengan gembiranya sambil berlari di depan Yoong yang membawa serta pedang plastik kesayangannya.
“Hiaaat!”
BRUG
BRUG
DUG
“AISH! Yah! Kwon Yoong! Hati-hati dengan pedangmu!”
Baru saja ketika ia berfikir mendapat waktu santai sejenak, Kwon Yoong langsung menghancurkannya. Karena trauma dengan semua bencana yang dilakukan anaknya, kali ini Yul berniat mengambil tindakan sebelum Yoong sukses melakukannya. Dia membangunkan tubuh tegapnya dan turun dari sofanya. Karena terfokus pada Yoong, Krystal yang berada di depan kakinya luput dari penglihatannya dan…
“Aaah! Appa! Di depanmu ada Krystal!”
JLEB
Yoong yang kembali berniat menjadi pahlawan penyelamat, mengalahkan monster yang kelaparan bernama Kwon Yul dengan satu tusukan tanpa sengaja di…
“Ow.”
Sooyoung merapatkan kaki-kakinya, seakan merasakan betapa besar sakit yang dirasakan Kwon Yul sebagai sesama lelaki.
============
“Yoonggie~ baby Soojung~ mommy’s home!”
“Eommaaa!”
Jessica memasuki rumah mereka dan tersenyum ketika disambut oleh putri kecilnya yang manis.
“Aigoo~ did you miss mommy, Soojunggie?”
Segera ia mengangkat putrinya itu dan sedikit bermain-main dengannya sambil berjalan menuju ruang tamu.
“Eomma! Eomma beli sesuatu untuk Yoong?”
Yoong buru-buru menghampiri ibunya dengan senyuman alligatornya yang lebar. Jessica tak pernah sekali pun tak menyukai senyuman putranya yang membuatnya ikut tersenyum itu. Walau pun di baliknya, Yoong hanya berusaha bersikap seperti itu agar perhatian sang ibu teralih dari yang ia harapkan tidak disadari.
“Ne, tapi eomma tidak sanggup mengangkatnya dari bagasi mobil, dimana appamu, Yoong?”
Rupanya upaya Yoong gagal tapi ia tidak akan menyerah dan mengganti topik pembicaraan mereka.
“Eo-eomma! Tadi Sulli, Seohyun dan Kyungsan datang bermain! Kami main perang-perangan!”
“Oh ya? Kalian senang sekali bermain itu, tapi, dimana appamu Yoong?”
Biarpun sudah mengalihkan pembicaraannya, sepertinya Jessica tetap ingin tau dimana sang ayah dari Kwon Yoong. Yoong tetap berdiri di hadapan ibunya sambil memikirkan alasan yang baik.
“Appa- uh-”
“S- sica baby…”
Yoong tertegun mendengar sang ayah akhirnya sanggup berkata. Jessica langsung menoleh kepada suara suaminya yang terdengar tersiksa. Di sana Kwon Yul terbaring dengan bertelanjang dada di atas lantai dalam posisi tengkurap bagai mayat yang terbengkalai.
“Y-yah, Kwon Yul, apa yang terjadi? Kenapa kau berbaring dan bertelanjang dada seperti itu?”
Selagi perhatian Jessica teralih, Yoong yang takut pada apa yang akan terjadi padanya jika dia menetap, langsung berlari dan bersembunyi ke kamarnya.
“Se-selangkangan… Private areaku…”
“Ha-hah?! Yah! Apa-apaan kau tiba-tiba mengatakan hal itu?!”
Jessica merasakan seluruh bagian dari wajahnya memerah dan pandangannya pun otomatis beralih. Ketika ia menatap meja di hadapannya, ia melihat benda yang familiar dengannya terlihat hancur berantakan.
“Yah, apa ini… … Kwon Yul?”
“A-apa?! Tidak! Bukan! I-itu! Yoong yang…”
“Katakan apalagi yang kau rusak? Sudah tidak mau mengakui, dan kau menyalahkan anakmu.”
Jessica dengan mode nerakanya semakin mendekati Yul dan Yul melakukan sebaliknya.
“Kumohon! Dengar dulu penjelasan-”
“Apalagi yang kau rusak?!”
“P-poster Daniel henney dan kaus pemberianmu di hari ulang tahun pernikahan kita! …oh tidak…”
“Begitu rupanya.”
Malam ini pun, penderitaan masih enggan luput dari hari terberat, termalang, tersedih dan ter…
“AAAAAAAAAAHHHH.”
…
…
…
“Aku bersumpah jika kau mengulanginya, maka kau tak akan mendapatkan jatahmu selamanya!”
…Berkat Jessica Jung Sooyeon, yang tau persis apa yang paling tidak diharapkan oleh seorang Kwon Yul, sempurna sudah hari paling menyiksa di seumur hidupnya.