Archives for category: One-shot

HAPPY BELATED BIRTHDAY JUNG SOOYEON!!!
&
HAPPY BELATED COMEBACK AUTHOR FAI \^0^/ #pakpakpak

“SAENGIL CHUKHAEYO JESSICA JUNG SOOYEON!”

Semua sahabatnya menyerukan kalimat itu seraya saling membenturkan
gelas berisi champagne mereka masing-masing. Dari gelas yang
berbenturan itu keluar suara ‘KLANG’ dan setelahnya mereka meminum
konten dari gelas itu. Sebagai subjek dari hari ini, hari ulang
tahunnya ini, Jessica hanya bisa menghela nafas melihat teman-temannya
sukses membujuknya untuk membuat pesta ulang tahun dadakan di
apartemennya. Entah mereka benar-benar ingin merayakan ulang tahunnya
atau hanya ingin berpesta saja, sebenarnya Jessica cukup merasa senang
ketika teman-temannya datang berkumpul seperti ini.

“Ayo Soo!!! Habiskaaaan!!!”

“Whoa!!! Whoa!!! Yoong!! Balap dia!!”

…Atau mungkin tidak juga.

Ketika dia menoleh lagi kepada teman-temannya yang asyik berpesta,
tujuan pesta mereka benar-benar teralih dari ‘pesta ulang tahun’
menjadi ‘pesta meminum soju sebanyak-banyaknya’. Jessica kembali
menghela nafasnya dan menyambar satu kaleng soju sebelum semua soju
yang mereka beli habis terminum oleh duo food goddess. Sepertinya
perhatian mereka benar-benar teralih pada Sooyoung dan Yoona karena
tak satu pun dari mereka menyadari Jessica yang keluar menuju balkoni
dengan satu kaleng soju dan satu dus rokok. Ya, Jessica Jung merokok.
Entah sejak kapan dan mengapa, hingga saat ini dia masih saja
menghirup batang yang berisi nikotine itu. Dia membuka kaleng sojunya
dan menenggaknya sedikit seraya berjalan menuju rail di balkoninya,
untuk memandangi lampu-lampu kendaraan yang bercahaya di tengah
kegelapan malam. Dia bersandar pada rail itu sambil masih memandangi
pemandangannya. Tangannya menaruh kaleng soju di atas meja di
sampingnya dan membuka segel dus rokoknya untuk mengambil sebatang.
Ketika dia menaruh sisi untuk menghisapnya di ujung bibirnya, dia
ingat akan satu hal, pemantik.

“Aiiish!”

Dan saat baru saja hendak kembali ke dalam ruangan apartemennya, orang
yang paling ia harapkan untuk ada di ‘pesta paksaan’nya memasuki
balkoninya dengan sebuah pemantik yang menyala.

“Happy birthday to you~”

Orang itu bernyanyi dalam bahasa inggris namun tak menonjol
dikarenakan logat koreanya yang teramat kental. Jessica menatapnya
dengan sinis tetapi dengan sedikit kemerahan di pipinya. Entah ini
efek dari seteguk dari soju yang ia minum atau efek dari kedatangan
orang itu, yang jelas ia butuh api dari pemantik itu. Saat wanita
berambut hitam panjang dan berkulit kecoklatan itu mendekat pada
Jessica, Jessica memajukan rokoknya ke pemantik yang dipegang wanita
itu.

“Tidak, tidak, bukan rokoknya, kau harus tiup apinya.”

“Tapi aku butuh apinya.”

“Yah~ kau butuh apinya untuk membuat satu permintaan dan wush~ tiup
permintaan itu dan jadilah kenyataan~”

“Kwon Yuri.”

Jessica memanggil nama orang itu lengkap dengan nama marganya. Dan
setiap kali ia melakukan itu, artinya ia sedang tidak ingin
bermain-main atau pun dipermainkan. Benar saja, tatapan sinisnya
membuat Kwon Yuri gemetar dan mengeluarkan tawa renyahnya. Alih-alih
merasa terancam terhadap tatapan sinis kekasihnya, Yuri mematikan api
dari pemantik itu dan memasukannya ke dalam saku jas kerjanya. Dia
justru mendekap erat kekasih berambut kecoklatannya itu dan memberinya
beberapa kecupan di dahi.

“Selamat ulang tahun sayang, aku mencintaimu~ berapa umurmu sekarang?”

Walau wajahnya semakin memerah, tetapi Jessica masih mencoba untuk
tidak menggubris bahasa tubuhnya karena keinginannya akan pemantik di
saku jas Yuri lebih kuat.

“Y-yah… Pemantiknya…”

“Jawab dulu pertanyaanku~ berapa umurmu sekarang, Sica Baby~?”

“Duapuluhempat. Sekarang pemantiknya!”

“Apa? Aku tidak bisa mendengar jawabanmu.”

“Pemantiknya! Sekarang!”

“Sooyeon-ah.”

Yuri melepaskan dekapannya, justru dia menaruh kedua tangannya di atas
kedua bahu Jessica dan menatap tajam ke kedua mata milik Jessica.
Jessica merasa seluruh benda di sekitarnya berhenti dan suara-suara
dari jalan utama di kota Seoul juga suara teman-temannya yang bersorak
ikut menghilang. Yuri menatapnya tajam dan Jessica akan kehilangan
seluruh isi dunianya karena itu.

“Dua puluh empat tahun. Kau sudah merokok hingga kau berusia dua puluh
empat tahun. Sampai usiamu harus berapa baru kau berhenti?”

Pertanyaan dari Yuri itu membuat Jessica terdiam. Sudah kurang lebih 5
tahun mereka bersama dan setiap tahunnya di hari yang sama, pertanyaan
Yuri itu selalu membuat Jessica terdiam. Ya, Jessica sudah merokok
sejak Yuri memadu kasih dengannya, mungkin setahun sebelumnya? Dua
tahun sebelumnya? Entahlah. Yang Jelas, mereka selalu bertengkar
setelah Yuri bertanya karena Jessica tak pernah menjawab. Jessica
mengembalikan rokoknya ke dalam dus rokok itu dan melewati Yuri untuk
masuk ke dalam apartemen yang berisi teman-temannya yang masih asyik
pada dunia mereka sendiri.

“Apa kau tidak memikirkan kesehatanmu?”

Jessica masih terdiam dan terus melangkah masuk.

“Apa kau tidak memikirkan masa depanmu?”

“Apa kau tidak memikirkan kesehatan anakmu di masa depan?”

Jessica menghentikan langkahnya terhadap pertanyaan yang baru
didengarnya itu. Rangkaian pertanyaan yang berbeda dari tahun
sebelumnya. Satu pertanyaan yang bisa membuatnya terhenti sebelum
mereka benar-benar bertengkar. Jessica membalikkan badannya dan
melangkah kembali ke balkoni, tepatnya ke hadapan Yuri. Yuri masih
saja menatapnya dengan tatapan yang sama namun dengan pemantik yang
menyala di tangan kirinya.

“Pilihlah hadiahmu, Jung Sooyeon, hadiah pribadi dariku.”

Jessica menatap wajahnya dengan cermat, kemudian beralih pada pemantik
di tangan kirinya, dan kembali lagi kepada wajahnya yang masih
memiliki raut yang sama. Api di pemantik itu masih tetap
menyala-nyala, menunggu pasangan kekasih ini melakukan sesuatu
padanya. Pada akhirnya, api itu pun di hampiri oleh ujung batang rokok
Jessica, sekaligus memberi batang rokok itu api yang menyala-nyala
berwarna merah. Yuri menghela nafas akan jawaban kekasihnya dan hendak
menutup pemantiknya. Tapi itu sebelum Jessica membuang batang rokok
yang baru menyala itu keluar dari balkoninya sekaligus sekotak rokok
di sakunya. Api di pemantik yang dipegangi Yuri masih menyala-nyala
dan Jessica menutup kedua matanya sebelum meniup api itu, seraya
memikirkan sebuah permintaannya.

Fuuuh.

Api itu pun lenyap. Mengeluarkan asap-asap yang mengepul di udara yang
menyimpan satu permintaan Jessica. Yuri tersenyum padanya ketika
matanya kembali terbuka.

“Jadi… Apa yang kau minta?”

Kali ini giliran Jessica yang tersenyum.

“Berlutut di depanku sekarang, dengan cincin di saku jasmu itu. Aku
akan mempunyai anak yang sehat bersamamu.”

Yuri kembali tertawa renyah mendengar permintaan- tidak- perintah dari
kekasihnya itu. Namun, tanpa ragu-ragu, ia segera berlutut di hadapan
Jessica dan mengeluarkan box kecil yang timbul dari saku jasnya,
mungkin Jessica sudah mengetahui keberadaan box kecil ini saat ia
menyimpan pemantik di saku jasnya.

“Aku… Di sini bukan memberi ‘present’ tapi memberi ‘future’ untukmu.
Nikahi aku, Jessica Jung Sooyeon? Lahirkan anak-anak yang sehat
untukku?”

“Jadi kau tidak hanya belajar ‘happy birthday to you’ tapi juga
‘present’ & ‘future’? Dari siapa kau belajar?”

“Ayolah…”

Jessica tertawa geli terhadap eluhan kekasihnya yang mukanya memerah
tanpa sepengetahuannya. Bagaimana tidak? Diejek oleh kekasih di saat
melamar? Tapi setidaknya, jawaban ‘ya’ cukup untuk menutupi candaan
itu.

“Ya, Yuri, aku mau menikahimu dan aku mau melahirkan anak yang sehat
untukmu. Yah, satu anak yang sehat cukup untukmu kan?”

Jessica ikut berlutut dan mendekap Yuri yang masih merasa gugup.
Perlahan-lahan Yuri ikut mendekapnya, akhirnya, dekapan ini selamanya
tidak akan terlepas dari hidupnya. Mereka pun berciuman untuk waktu
yang cukup lama. Dan di saat ciuman itu hendak melangkah ke tindakan
yang lebih intim, mereka melupakan kehadiran orang-orang lain di
apartemen Jessica yang terlelap setelah menjadi mabuk berat.

“Oh, aku benci pesta dadakan.”

“Yul, kau jaga Krystal dan Yoona ya, hari ini hari terakhir promo akhir pekan.”

“Ya…”

Dengan mood hari minggu, Yul menjawab pertanyaan istrinya dengan suara berat bangun tidurnya tanpa memikirkan pertanyaan darinya. Pintu kamar pun terdengar tertutup dengan pelan setelah beberapa langkah dari seseorang menjauhi Yul yang masih berbaring di ranjang. Yul menghela nafas dan terjatuh dalam ketidak sadarannya untuk kembali tidur.

Eommaaa!!!

Ssh Soojung-ah~

DUG

HUWAAAA YUL APPAAAAA

Yul membuka lebar matanya begitu tangisan anak lelaki pertamanya membangunkannya. Tubuh malas hari minggunya ia angkat untuk terduduk kemudian otaknya mulai mengingat dan memikirkan kalimat istrinya pagi tadi.

‘…Jaga Krystal dan Yoona… Promosi akhir pekan…’

Kelopak mata Yul saling menjauhi satu sama lain sejauh yang mereka bisa, saking lebarnya kelopak mata itu terbuka, mungkin kedua bola matanya bisa terlepas keluar. Hari minggu setelah lembur, tanpa jatah semalam dan trik istri untuk membuatnya menjaga kedua anak yang melebihi batas sewajarnya anak-anak. Terutama bocah 7 tahun bernama Kwon Yoong. Ini adalah yang pertama kali dan yang terakhir ia harapkan untuk terjadi seumur hidupnya. Tangisan kencang Yoong dan teriakan Krystal memanggil ibunya masih menguasai kediaman Kwon dan tentu saja sangat cocok untuk menjadi lagu background hari minggu penyiksaan Kwon Yul.

“Oh tuhan… Mengapa aku sangat memaksa istriku untuk memiliki anak 7 tahun yang lalu dan menyesal memiliki anak 7 tahun kemudian…?”

==============================

“Keroro robo kick!”

DUG

“Aish, Kwon Yoong!”

Yul menaruh mangkuk kecil yang berisi bubur instan milik putri kecilnya di kursi tingginya dan menghampiri Yoong yang sedang melakukan aksi rutinnya saat menonton keroro.

“Appa- ah!”

Karena tubuhnya yang jauh lebih kecil dari Yul, dengan mudahnya Yoong terangkat dan terlempar ke atas sofa empuk oleh Yul. Yoong bersiap-siap melindungi dirinya dari serangan ganas Yul dan…

“Ahahaha! Hahaah! Appa! He-hentikan! Hahahaha!!!”

“Hah? Kau ingin digelitiki sampai mengompol? Baiklaaaah.”

“Aaaah!!! Appa! Hahahahaha! Sudah! Sudah! Aku mau pipis! Aaah!!!”

“Hmmm? Apa? Appa tidak bisa mendengar suara dari anak kecil yang belum sikat gigi.”

“Hahahah! Iya! Aku- hahah! Ssss- sikat- aaah!!! Appa!!! Aku mau pipiiiiiis!!!”

Setelah puas dengan serangan gelitikannya, Yul melepaskan putra kecilnya dan membiarkannya berlari menuju kamar mandi. Saat ia kembali menghampiri Soojung, sepertinya Soojung lebih ingin diperhatikan ketimbang kakaknya, karena balita itu dengan polosnya telah memakan, memainkan, melempar dan mengacak-acak sarapannya.

“Appa!”

Soojung memberi Yul senyumannya yang lebar dan pemandangan lantai ruang makan penuh dengan bubur instan yang bertebaran. Entah mengapa, senyum itu membuat Yul hanya bisa membalas dengan senyuman pula, tapi yang jelas bubur yang bertebaran itu tidak akan bersih karena senyuman manis Soojung.

======

Ding-Dong

Bel pintu rumah berbunyi bersamaan saat Yul sedang sibuk membersihkan bubur Soojung yang bertebaran di lantai sekaligus menyuapi Soojung.

“Yoong! Lihat siapa di luar!”

“Ne appa!”

Dengan cukup penasaran, sekali dua kali Yul melirik ke arah pintu rumah mereka dan menunggu tamu yang datang itu masuk. Beberapa saat kemudian, Yoong datang menghampirinya dengan wajah kegirangan.

‘Bisa kutebak…’

“Appa! Tamunya ingin bertemu denganmu! Ayo cepaaat!”

Yoong menarik-narik tangan besar ayahnya untuk mengikutinya ke pintu depan. Yul menatap dengan penuh kecurigaan pada putranya itu seraya mengikutinya keluar dari ruang makan.

“Kwon Yuuuul!”

“Ti-Tippani?!”

Seorang wanita memakai baju serba hitam melompati tangga-tangga kecil dan mendarat tepat di tubuh tegap Yul. Tanpa ragu, Yul menangkap wanita itu dan seketika merasakan tatapan sinis dari arah depan.

“Eeh… Fany-ah, a-ada apa?”

“Taeng dan aku diberi kabar bahwa sahabat kami meninggal dini hari tadi, kami akan menghadiri pemakamannya, tapi kau tau kan kami tidak mungkin membawa Seohyun dan Sulli kami yang manis?”

Tiffany melepaskan pelukannya dari tubuh Yul, begitu Yul melihat Tiffany mengeluarkan air mata, Yul menghapusnya dan memberinya sebuah pelukan dan beberapa tepukan di punggung Tiffany.

“Aku turut sedih, Fany-ah, dan-”

“Intinya, kami ingin kau bersedia untuk menjaga Seohyun dan Sulli sampai kami kembali dari acara pemakaman teman kami.”

Dengan Sulli di lengan kanannya dan Seohyun yang menggenggam tangan kirinya, Taeng menghampiri istri dan temannya dengan tatapan berapi-api. Yul yang menyadari hawa panas dari lelaki di hadapannya langsung melepas wanita yang berpakaian serba hitam dan tersenyum canggung pada mereka.

“O-ooh, ti-tidak masalah taengoo, kau tau aku suka anak kecil! Hahahah! Yoong dan Soojung akan senang ditemani mereka!”

Yul membungkukkan badannya untuk memberi salam pada Seohyun. Sementara pandangan Yul teralih, Tiffany memberi senyuman dan eye-smile dengan makna berbeda pada Taeng. Merasa terkalahkan oleh istrinya, Taeng berkeringat dingin dan seketika tatapan berapinya padam.

“U-uh, Seohyunnie, jaga sikapmu dengan baik ya, dan awasi adikmu Sulli, sore ini appa dan eomma akan kembali ke sini menjemput kalian.”

“Ne appa.”

“Anak baik.”

Taeng tersenyum pada Seohyun dan memberinya kecupan ringan di dahi. Taeng menyerahkan Sulli pada Yul dan Yul menyambutnya dengan lengan kanannya.

“Sulli, eomma dan appa pergi ya, bersikap yang baik pada Yul appa ya?”

“Yah! Aku appa nya!”

“Aku sedang berbicara dengan Sulli, Kim Taeng. Dah sayang~”

Nada dingin dari Tiffany cukup membuat Kim Taeng terdiam kaku. Tiffany memberi kecupan di bibir manis Sulli dan berpamitan pada Yul bersama Taeng.

“Seohyun-ah, ayo masuk, Yoong sudah-”

Tanpa perlu dipanggil setelah membawa Sulli dan Seohyun masuk, Yoong dengan penuh semangat berlari menghampiri gadis kecil setinggi paha Yul.

“Seohyun-aaah~ appa membelikanku figurine robot keroro! Ayo lihat di kamarku.”

“Ne oppa.”

Yul menghela nafas atas sikap anak lelakinya pada putri Taeng yang tertua. Yoong selalu berkata dengan gembiranya pada Yul dan Jessica bahwa dia menyukai Seohyun. Tapi tidak pernah berani mengatakannya pada Seohyun karena dia takut Taeng akan memarahinya jika mendekati putrinya. Yul menurunkan Sulli di dalam area kecil berpagar pendek milik Krystal dan kedua balita itu langsung bermain dengan satu sama lain.

“Kau melakukannya dengan baik Yul, ternyata mengurus anak tidak sesulit memikirkan pekerjaanku.”

Yul hendak menghampiri kursi santai dan mengambil korannya untuk bersantai sebentar ketika…

PRANG

Dengan panik dan kekhawatiran yang penuh, Yul menaiki lantai dua asal suara itu berasal dan langsung menghampiri anak-anak.

“Ada a- AAAAH!!!!! P-poster Daniel Henney milik sica baby!!! D-dan foto Sica baby bersama Josh!!!”

Yul melirik pada putranya yang tersenyum lebar penuh rasa ketakutan dan berkeringat dingin sekujur tubuhnya. Sebelum Yul membalas dendam pada Yoong dengan gelitikannya, Seohyun membungkuk dan menangis pada Yul.

“Yul ahjusshi, aku yang salah, Yoong oppa terpleset saat ingin menunjukan Keroro robo kick padaku da-dan… Huaaaa.”

“Seo-seohyunnie, sssh, aniyo, gwenchana, kalian turun dan bermainlah dengan Sulli dan Soojung, Yul ahjusshi yang akan mengurus ini…”

Seohyun mengangguk pada perintah Yul dan pergi begitu saja dengan Yoong yang masih berwajah pucat, takut-takut sang ayah akan membalas dendam padanya atau bahkan ibunya akan mengamuk ketika ia pulang. Bagaikan mendekat kepada monster besar yang hendak melahapnya, Kwon Yul merasakan hal itu ketika berfikir bagaimana istrinya akan membunuhnya bila ia tau 2 benda berharganya hancur di saat bersamaan.

“Ooh tidak… Aku akan terbunuh dengan digantung terbalik dalam pendingin selamanya…”

HUWAAAA

“Krystal! Aish! Kwon Yoong! Apa yang-”

Seakan tertimpa gedung runtuh sesudah melompat dari gedung itu, tanpa sengaja Yul menginjak pecahan kaca dari frame foto Jessica bersama Josh.

“DEMI MELON JUNG SOOYEON!!!! KAKIKU!!! AAAAH!!!!”

========

“Appa, sakit ya?”

“Makan dan duduk dengan benar, Kwon Yoong… Appa tidak mau terkena bencana lagi…”

Yoong menuruti ayahnya dan kembali duduk di atas kursi makannya untuk makan dengan rapih. Dari sofa di ruang tamu, Yul memperhatikan ke 4 bocah-bocah kecil penyulut keributan makan dengan damainya. Akhirnya pagi yang cukup menyiksanya lenyap sudah, namun dengan perut keroncongan dan kaki yang nyeri, Yul merasa penyiksaannya akan tetap berlanjut. Ketika hendak membuat makan siang, stock bahan makanan yang tersisa hanya spaghetti porsi 2 orang anak kecil dan sekotak bubur bayi instan. Dan saat akan pergi ke mini market terdekat, ia sadar dompet yang menjadi hartanya telah dirampas oleh sang istri untuk berbelanja.

“Lapar…”

DING

Yul membangkitkan tubuhnya setelah mendengar panggilan dari mesin kopinya. Yang ia punya saat ini untuk menunda rasa lapar hanyalah minuman itu. Dengan limbung Yul perlahan berjalan menuju dapur, melewati bocah-bocah kecil yang berpesta makan siang di atas kelaparannya.

“Ahjusshi! Taeng appa bilang padaku saat ia lapar ia tidak boleh minum kopi!”

Seohyun memprotes pada tindakan Yul yang hendak menyeruput minumannya.

“Seohyun-ah, ahjusshi tidak punya pilihan lain, aku sangat lapar~”

Sulli yang berada di dekat Yul dan mendengar percakapan antara kakaknya dan sang paman, merasa penasaran dengan minuman berwarna hitam pekat itu.

“Yul! Sulli mau!”

“Hahaha, tidak bisa Jinri, ini pahit dan appa mu akan mengamukiku bila memberimu sedikit saja.”

Sulli kecil yang benar-benar merasa penasaran mengamuk pada Yul dan menarik-narik ujung kaus Yul untuk memaksa meminta minuman hitam pekat itu.

“Ah! Sulli! Jangan tarik-tarik bajunya! Bahaya!”

Dengan maksud kepahlawanan yang penuh, Yoong melompat dari kursi makannya untuk mencegah Sulli. Di saat yang bersamaan, Krystal dengan tak sengaja menjatuhkan beberapa tetes buburnya tepat di bawah kaki Yoong akan berpijak. Tentunya, Yoong terpleset dan itu akan menjadi kedua kalinya kesialan terjadi pada Kwon Yul karena anaknya yang terpleset. Air panas berwarna hitam pekat dan beraroma wangi mengalir dari gelas Yul dan membawa petaka bagi perutnya yang terbentuk rapih dengan otot.

“Kwon. Yoong. AAAHHHH!!!!”

“A-appa! Akan kuambilkan es!”

“Ya sudah, cepat! Aiiish!!!”

Segera Yul melepas kaus putih miliknya yang ketumpahan air kopi panas dan meniup-niup perutnya yang terasa pedih karena panasnya air. Dengan terpincang-pincang Yul menarik kursi makan dan terduduk di atasnya. Tak lama Yoong menghampirinya dengan plastik bening berisi sebongkahan es, Yul mengambilnya dari Yoong dan menempelkannya tepat di atas bagian perutnya yang memerah.

“Aigoo, kenapa aku memakai kaus putih? Sica baby akan memarahiku kalau nodanya tidak bisa hilang…”

Dengan tangannya yang lain, Yul mengangkat kaus yang ketumpahan kopi. Saat menyadarai corak dari kausnya, mata Yul kembali terbuka lebar dan tangannya yang memegang bongkahan es ia lepas untuk merentangkan kausnya dengan kedua tangannya.

“Tunggu dulu… Kaus ini… Pemberian sica baby sewaktu ulang tahun pernikahan kami…”

Tanpa menunggu lagi, Yul yang masih terpincang-pincang buru-buru menghampiri mesin cuci mereka. Di saat yang bersamaan, bel pintu rumah mereka kembali berbunyi.

“Aish! Kwon Yoong! Sambut tamunya!”

“Baik, appa!”

Dalam mode sangat panik, Yul mencari-cari penghilang noda dan setelah menemukannya, buru-buru ia menuangkan cairan itu dan-

“KWOOOON YUUUUUUL!!!”

DUG

Glek.

“Oops…”

============

“Yul appa!”

Krystal yang manis dan lugu sedang duduk di atas dada bidang dan terbentuk milik Kwon Yul yang terkulai lemas di atas sofa. Akibat sahabat dan putranya, Choi Sooyoung & Kwon Yoong yang berhasil menggantikan acara minum kopinya menjadi acara minum cairan penghilang noda, semua makanan yang tersisa dalam lambungnya punah. Tak hanya sekali dua kali perutnya meneriakkan kelaparan dan setiap teriakkan yang keluar, Krystal akan tertawa geli dan memukul-mukul perut Yul tepat di atas bagian yang ketumpahan kopi.

“Yah, Choi Sooyoung… Seandainya kau tidak punya anak semanis Choi Kyungsan, aku pasti tidak akan berfikir 2 kali untuk membunuhmu…”

Sooyoung yang sedang mengunyah menjawab Yul tanpa menelan makanannya dulu.

“Boh, dhia mmemmang mehngambhil bhanyhak dhariku”

Karena tepat berada di depan Yul, makanan yang sooyoung kunyah berpindah ke wajah Yul sebagian.

“Aiish! Yah! Telan dulu makananmu, Choi Shikshin! Dan lagi… MAKANAN?!”

Yul menurunkan Krystal dari tubuhnya dan otomatis menatap penuh harap pada Sooyoung.

“Ya, makanan, memang apalagi? Sunny bunny ku yang manis dan imut dengan setulus ikhlasnya memasak makanan ini untukmu.”

“Dan kau memakannya.”

“Aku yakin kau belum rabun.”

“Sempurna.”

“Aku memang sempurna~”

“-_- lupakan, kenapa kalian kemari?”

“Maksudmu aku dan Kyungsan? Sunny mengusir kami karena dia bilang dia harus membersihkan rumah, bukankah dia istri yang baik?”

Yul memutarkan bola matanya dan menghela nafasnya.

“Rasanya aku bisa mengerti mengapa sulit untuk membersihkan rumah ketika suami shikshinmu terus memintamu memasak.”

Sooyoung tidak menghiraukannya dan dengan lahapnya kembali memakan masakan yang seharusnya sudah ada dalam perut temannya yang kelaparan. Dikarenakan harapan mendapatkan sumber energi sudah tak lagi bisa ditemui, Yul memutuskan untuk memejamkan matanya saja dan tidur. Walau pun Sooyoung telah menguras habis seluruh energinya, setidaknya dia membawa Kyungsan yang bisa menghentikan Kwon Yoong mengganggunya.

“Kyungsaaan! Akan kubalaskan dendamku!!!”

Seakan membaca pikirannya, Yoong tiba-tiba berteriak dan terdengar langkah kakinya berlari mendekat.

“Andwaeee!”

Kyungsan berteriak dengan gembiranya sambil berlari di depan Yoong yang membawa serta pedang plastik kesayangannya.

“Hiaaat!”

BRUG

BRUG

DUG

“AISH! Yah! Kwon Yoong! Hati-hati dengan pedangmu!”

Baru saja ketika ia berfikir mendapat waktu santai sejenak, Kwon Yoong langsung menghancurkannya. Karena trauma dengan semua bencana yang dilakukan anaknya, kali ini Yul berniat mengambil tindakan sebelum Yoong sukses melakukannya. Dia membangunkan tubuh tegapnya dan turun dari sofanya. Karena terfokus pada Yoong, Krystal yang berada di depan kakinya luput dari penglihatannya dan…

“Aaah! Appa! Di depanmu ada Krystal!”

JLEB

Yoong yang kembali berniat menjadi pahlawan penyelamat, mengalahkan monster yang kelaparan bernama Kwon Yul dengan satu tusukan tanpa sengaja di…

“Ow.”

Sooyoung merapatkan kaki-kakinya, seakan merasakan betapa besar sakit yang dirasakan Kwon Yul sebagai sesama lelaki.

============

“Yoonggie~ baby Soojung~ mommy’s home!”

“Eommaaa!”

Jessica memasuki rumah mereka dan tersenyum ketika disambut oleh putri kecilnya yang manis.

“Aigoo~ did you miss mommy, Soojunggie?”

Segera ia mengangkat putrinya itu dan sedikit bermain-main dengannya sambil berjalan menuju ruang tamu.

“Eomma! Eomma beli sesuatu untuk Yoong?”

Yoong buru-buru menghampiri ibunya dengan senyuman alligatornya yang lebar. Jessica tak pernah sekali pun tak menyukai senyuman putranya yang membuatnya ikut tersenyum itu. Walau pun di baliknya, Yoong hanya berusaha bersikap seperti itu agar perhatian sang ibu teralih dari yang ia harapkan tidak disadari.

“Ne, tapi eomma tidak sanggup mengangkatnya dari bagasi mobil, dimana appamu, Yoong?”

Rupanya upaya Yoong gagal tapi ia tidak akan menyerah dan mengganti topik pembicaraan mereka.

“Eo-eomma! Tadi Sulli, Seohyun dan Kyungsan datang bermain! Kami main perang-perangan!”

“Oh ya? Kalian senang sekali bermain itu, tapi, dimana appamu Yoong?”

Biarpun sudah mengalihkan pembicaraannya, sepertinya Jessica tetap ingin tau dimana sang ayah dari Kwon Yoong. Yoong tetap berdiri di hadapan ibunya sambil memikirkan alasan yang baik.

“Appa- uh-”

“S- sica baby…”

Yoong tertegun mendengar sang ayah akhirnya sanggup berkata. Jessica langsung menoleh kepada suara suaminya yang terdengar tersiksa. Di sana Kwon Yul terbaring dengan bertelanjang dada di atas lantai dalam posisi tengkurap bagai mayat yang terbengkalai.

“Y-yah, Kwon Yul, apa yang terjadi? Kenapa kau berbaring dan bertelanjang dada seperti itu?”

Selagi perhatian Jessica teralih, Yoong yang takut pada apa yang akan terjadi padanya jika dia menetap, langsung berlari dan bersembunyi ke kamarnya.

“Se-selangkangan… Private areaku…”

“Ha-hah?! Yah! Apa-apaan kau tiba-tiba mengatakan hal itu?!”

Jessica merasakan seluruh bagian dari wajahnya memerah dan pandangannya pun otomatis beralih. Ketika ia menatap meja di hadapannya, ia melihat benda yang familiar dengannya terlihat hancur berantakan.

“Yah, apa ini… … Kwon Yul?”

“A-apa?! Tidak! Bukan! I-itu! Yoong yang…”

“Katakan apalagi yang kau rusak? Sudah tidak mau mengakui, dan kau menyalahkan anakmu.”

Jessica dengan mode nerakanya semakin mendekati Yul dan Yul melakukan sebaliknya.

“Kumohon! Dengar dulu penjelasan-”

“Apalagi yang kau rusak?!”

“P-poster Daniel henney dan kaus pemberianmu di hari ulang tahun pernikahan kita! …oh tidak…”

“Begitu rupanya.”

Malam ini pun, penderitaan masih enggan luput dari hari terberat, termalang, tersedih dan ter…

“AAAAAAAAAAHHHH.”

“Aku bersumpah jika kau mengulanginya, maka kau tak akan mendapatkan jatahmu selamanya!”

…Berkat Jessica Jung Sooyeon, yang tau persis apa yang paling tidak diharapkan oleh seorang Kwon Yul, sempurna sudah hari paling menyiksa di seumur hidupnya.

Niatnya mau update tapi jadinya NC XDD ㅋㅋㅋ maaf ya yang minta update, kali ini NC dulu ya~ dan couplenya… Tentu saja YulSic XD bagi yang dibawah umur, resiko kalian lho kalo baca XD

=============================

“Yuri…”

Jessica mendesahkan pelan nama orang yang memeluknya dari belakang dan menghembuskan nafasnya di tengkuknya. Nafas itu terus mengganggunya, namun bibirnya sama sekali tak menyentuhnya. Merasakan bibir empuk dan halus milik Yuri mengecup tengkuknya, itu yang sangat ia inginkan saat ini. Namun Yuri hanya menggodanya, kedua tangan Yuri pun berkomplot dengan nafasnya yang terus mengganggu Jessica. Jessica merasakan hasratnya yang menguat ketika tangan kanan Yuri meraba bahunya hingga kedua dadanya. Sementara tangan kiri Yuri terus berusaha menaikan hasrat itu dengan memberi pijatan pelan pada daerah pinggangnya.

“Yul… Lakukan…”

“Lakukan apa..?”

“Lakukan… Semua yang ingin kau lakukan padaku…”

Yuri menyeringai dan tertawa kecil seraya dagunya bersentuhan dengan bahu Jessica.

“Sesuai keinginanmu… Tuan putriku…”

Kedua lengan Yuri melepaskan genggamannya di tubuh Jessica untuk memegangi bahunya agar ia bisa membalik tubuhnya. Yuri membelai wajah Jessica yang memerah, Jessica memegangi tangan itu dan mengecupnya. Jarak di antara mereka semakin mengecil ketika Yuri mendempetkan pinggang mereka, wajahnya dan wajahnya Jessica pun hanya beberapa inchi darinya. Kedua bibir Jessica secara refleks membuat jarak yang pas dengan bibir Yuri. Bibi pink yang empuk dan lembut ini ingin berkolaborasi dengan milik Yuri. Yuri pun mengerti bahasa tubuh Jessica dan mencium bibirnya. Jessica memiringkan kepalanya untuk membiarkan Yuri memperdalam ciumannya, belakang kepala Yuri ia raih agar ia bisa menariknya dan ia mengistirahatkan lengannya di bahu Yuri. Yuri pun membalasnya dengan memegangi pinggangnya dan menaruh kakinya di antara kedua kaki Jessica, lututnya dengan sengaja menyentuh kewanitaan milik Jessica.

“Aah… Yul…”

Jessica melepaskan ciumannya begitu deshanannya memaksa Jessica untuk mengeluarkannya. Namun desahan itu justru membuat Yuri untuk terus melakukannya, karena Yuri ingin mendengarnya lagi dan lagi.

“Jangan menggodaku lagi Yul…”

Jessica melepaskan pelukannya untuk memberi ruangan baginya untuk melepas pakaiannya. Jessica melepas kancing bajunya satu persatu seraya menggoda Yuri. Dan hanya menyaksikan kekasihnya melepas kancingnya cukup membuat Yuri semakin bernafsu dan mulai merasakan kebasahan di selangkangannya. Baju yang Jessica kenakan pun terlepas dan jatuh ke lantai dengan halus, memperlihatkan pada Yuri bra hitam yang ia kenakan. Nafsu Yuri mulai mengontrol tubuhnya, nafsu itu membuatnya mendekatkan diri pada Jessica untuk membuka kancing jeansnya.

“Tidak.”

Jessica menampar tangan Yuri dan membuka kancing itu sendiri, lalu menurunkan resleting jeans itu. Yuri menelan ludahnya karena tenggorokannya dirasa kering setelah bernafas tak beraturan. Jessica membungkuk untuk menurunkan celana yang menutupi kedua kakinya, sesampainya celana itu di bawah, celana itu ditendang agar terlepas darinya.

“S-sica baby…”

Yuri membuka kedua lengannya untuk menarik Jessica masuk ke dekapannya. Namun lagi-lagi Jessica menahannya.

“Lepaskan dulu milikmu… Aku tunggu kau di sana…”

Ranjangnya berderik ketika Jessica menduduki sisinya, dengan satu kakinya berada diatas kakinya yang lain. Dia menyeringai melihat kekasihnya merobek kaus mickey mouse kesayangannya dengan tidak sabar, rupanya mickey mouse tidak cukup untuk menahan hasrat seorang Kwon Yuri. Setelah semua pakaiannya terlepas, Yuri melanjutkan misinya dengan menghampiri Jessica di sisi ranjang. Jessica memperhatikan abs Yuri yang kecoklatan, sangat menggodanya untuk menjilatinya. Jessica pun memenuhi keinginan hasratnya dengan menjilatinya, Yuri hanya bisa mendesah dan kedua tangannya meraih belakang kepala Jessica dengan reflek.

“Aaah… Sica baby… Ooh…”

Selangkang Yuri bertambah basah karena kekasihnya terus menjilati absnya dan ia bisa melihat payudara Jessica dari atas. Hasrat Yuri sudah mencapai puncaknya dan ia tidak akan bisa menahan dirinya untuk menyentuh Jessica lagi. Tubuh Jessica terdorong oleh Yuri, membuat ranjangnya berderik dengan kasar. Yuri melanjutkan tindakannya dengan menindih Jessica dan tangannya mulai menggerayangi seluruh aset milik Jessica. Yuri memijat-mijat kedua payudara jessica dan menyelipkan tangannya dibalik pakaian dalam sutra yang menutupi tonjolan di torsonya. Yuri membungkukkan lehernya agar bibirnya sampai pada kedua titik puncak payudara Jessica. Perlahan-lahan Yuri mengulumnya dan menjilatinya seperti permen, Yuri melepaskannya ketika sudah mengeras dan melanjutkan bermain dengan puting Jessica yang lainnya.

“Haaaah… Ahhh… Yu-Yul…”

Rambut Yuri terjebak dan tertarik di sela-sela jari Jessica. Jessica mulai menggesek-gesek lututnya di kedua sisi paha Yuri; memberi inisiasi pada Yuri untuk memulai kegiatan utamanya. Yuri mengerti bahasa tubuh Jessica dan menoleh pada Jessica untuk memastikannya. Satu anggukan dari Jessica cukup bagi Yuri untuk memulai aktivitas inti mereka. Yuri menarik kedua sisi celana dalam yang menyembunyikaan kewanitaan milik Jessica. Tangan Yuri yang sengaja menggoda paha Jessica ketika Yuri melepaskan kain itu membuat Jessica mengerang akan sensasinya.

“Basah… Kau sudah tidak sabar rupanya, sica baby?”

Yuri membuang begitu saja kain yang dilapisi cairan Jessica ke lantai dan mulai membelai kewanitaan Jessica. Yuri mengikuti garis bibir vagina Jessica yang membuka lalu memijat-mijat tonjolan klit Jessica di dalamnya.

“Yuri! Masukan! Aku ingin merasakanmu di dalam diriku!”

Jessica mengeraskan suaranya dengan lantang penuh dengan hasrat kepada Yuri. Yuri menyeringai mendengar kekasihnya memohon kepadanya. Jessica melingkarkan kakinya di pinggang Yuri dan menarik tubuhnya hingga ia bisa merasakan area basah di selangkangan Yuri dengan kewanitaannya. Desahan Jessica yang hendak keluar tertahan oleh ciuman Yuri di bibirnya, Yuri telah bermain dengan klitnya menggunakan ibu jarinya dan memasukkan jari telunjuknya ke lubang Jessica.

“Mmmf… Mm! Hmmmh…”

Lidah Yuri beradu gulat dengan lidah Jessica di dalam mulut Jessica, ibu jadi dan telunjuk kanan Yuri sibuk menjepit puting kiri Jessica sementara tangan kirinya memuaskan Jessica dalam tempo yang cepat.

“Lebih lagi Yuri… Aku ingin lebih…”

Dengan itu, dua jari Yuri lainnya pun mengikuti jari telunjuknya untuk menelusuri gua milik Jessica. Desahan Jessica semakin panjang dan kencang, membuat Yuri semakin bergairah untuk mempercepat temponya. Yuri mengeluarkan jemarinya dan setelah itu masuk untuk menekan G-spot milik Jessica. Di saat kenikmatan yang Jessica rasakan memuncak, akhirnya cairan milik Jessica menerobos keluar dari guanya. Jessica menghela nafas panjang karena lega sekaligus lelah setelah memproduksi cairan yang kini dinikmati Yuri.

“Heheh, masih segar dari guanya.”

Merasa tidak puas dengan cairan yang menyelimuti jemarinya, Yuri membungkuk kembali dan mengangkat kedua kaki Jessica untuk ditaruh di bahunya. Yuri memajukan wajahnya di depan kewanitaan Jessica untuk menikmati sisa-sisa cairan Jessica di dalamnya.

“Y-Yul apa yang kau- aah~ nnngh~”

Kewanitaan Jessica yang masih sensitif kembali dilanda sensasi yang membuatnya merasa nikmat. Yuri hanya ingin menikmati sisa-sisa yang tertinggal di kewanitaan Jessica, namun secara tidak sengaja menyentuh titik-titik sensitif Jessica. Yuri menerima hadiah yang lebih dari sisa-sisa tersebut karena akhirnya Jessica kembali mengeluarkan cairan itu. Dengan senang hati Yuri pun menelan hadiahnya dan pergi ke atas wajah Jessica untuk menciumnya dan tersenyum padanya.

“Terima kasih makan malamnya Sica baby- unf!”

Jessica memukul wajah kekasihnya dengan bantal karena wajahnya serasa sangat panas dan itu semua karena kekasihnya, maka dari itu ia menghukumnya.

“Yah! Kau kenapa- aduh! Aduh!”

Jessica terus memukulnya dengan bantal sampai ketika Yuri menginjak lantai di luar kamar mereka. Pukulan bertubi-tubi Jessica berhenti karena dia hendak menutup pintunya. Yuri tidak menyadarinya sampai ia mendengar bunyi pintunya dikunci.

“Yah! Sica baby! Tubuh sexyku masih terbuka! Di ruang tamu juga tidak ada selimut!”

Yuri mengetuk-ngetuk pintu kamarnya, sambil memohon-mohon pada Jessica agar pintunya dibukakan. Karena terlalu sibuk memohon-mohon pada Jessica, dia tidak sadar bahwa suaranya telah membangunkan seseorang dan orang itu sudah ada di belakangnya.

“Appa… Kenapa ribut malam-malam? YoonA tidak bisa tidur kalau apa ribut…”

YoonA kecil mengusap-usap matanya ketika ia datang memprotes appanya, dengan ditemani boneka rusa di lengannya. Yuri sangat teramat shock karena anaknya menyadari sosok polosnya tanpa sehelai benang pun selain di kamar mandi.

“Yah! Sica baby! YoonA melihatku! Bagaimana aku menjelaskannya~”

“Appa, kenapa appa telanjang? Eomma bilang YoonA tidak boleh telanjang selain di kamar mandi? Appa! Cepat pakai bajunya! Atau eomma akan memarahi appa!”

“SICA BABY~~~”

“Aah!!! Appa! Appa juga makan es krim tengah malam!!! Di bibir appa ada sisanya!!!”

================================

Haha! XD rata-rata baca NC pasti pada malem, author pingin tau kalo pagi kira-kira ada yang baca gak ya~

*lirik kanan-kiri* anu… *gemeteran* setelah ini, MFUY update! *jempol*

Masalahnya gara2 banyak lagu baru, author jadi pingin nulis one-shot (-´•╭╮•`-) boleh ya~ nikmati saja~

Oke, kali ini TaeNy karena judul lagunya Mermaid dan mengingat konsep teaser picture Fany itu mermaid, inilah TaeNy one-shot!!!

==========================

Zraaash
Zraaash

Debur ombak begitu kencang menerpa bebatuan karang yang tetap berdiri dengan kokoh biarpun diterjang berkali-kali. Angin melantun dengan kencangnya, sekaligus menarik-narik pohon palm yang tertanam dengan kuat di dalam tanah. Kuat layaknya pohon palm di sekitarnya, Kim Taeyeon berdiri kokoh di atas bebatuan karang. Tubuhnya sama sekali tidak bergeming, walaupun rambutnya berhamburan terbawa angin layaknya daun palm.

“Tiffany!!!”

Dia mencoba sekuat suaranya agar orang, tidak, makhluk itu mendengar suaranya, jauh di dalam ombak yang sedang menerpa.

“Miyoung-aaaah!!! Kalau kau tidak menyahut akan ku-ulang!!! MiYooooung!”

Miyoung. Sebenarnya orang yang dimaksud Taeyeon sangat tidak menyukai nama itu, dia lebih suka nama yang diberi oleh Taeyeon sendiri, Tiffany. Tiffany adalah makhluk terindah yang pernah Taeyeon saksikan selama ia mengirup nafas di bumi ini. Dan makhluk yang memberi tau betapa indahnya hidup ini jika ia jalani, bukan ia akhiri. Dan mengajarinya betapa bukan hanya manusia yang bisa membuatnya terjatuh sedalamnya kepada cinta.

Flashback
(Taeyeon’s POV)

“Taeyeon, kau kuat, relakanlah Ayah, Ibu, Kakak dan Adikmu. Ingatlah, biarpun kau kehilangan mereka, kami berada di sini untuk membuatmu merasa nyaman layaknya keluargamu.”

Appa, Eomma, JiWoong oppa, Hayeon… Apa yang telah kuperbuat…? Mengapa kalian pergi dariku? Kemarin kalian bilang hanya akan pergi sebentar. Dan sekarang bahkan raga kalian pun tak bisa kulihat. Sebesar apa kesalahan yang telah kuperbuat sampai kalian tidak membiarkanku melihat tubuh kalian?

Aku duduk terdiam sejenak di ujung bebatuan karang dengan ombak tenang berwarna sangat gelap di malam hari ini. Perlahan aku menutup mataku untuk mendengar ombak yang dengan lembut berderu. Bisakah ombak ini memberitaukanku dimana jasad keluargaku menghilang? Seberapa jauhkah jarak antara tubuh mereka? Apakah ombak ini bisa membawa aku kepada mereka di dalam ombak ini? Aku menatap dalam pada air laut yang berwarna hitam tanpa sedikit pun cahaya. Aku terus menatapnya, berharap keinginanku akan terkabulkan. Dan sepertinya keinginanku terkabul, ombak ini akan mengantarku. Aku membiarkan tubuhku terbawa olehnya, terjatuh ke dalam kegelapan dengan rasa dingin yang menusuk menemani. Mataku terlalu lelah untuk terbuka dan terlalu gelap untuk melihat apa yang ada disekitarku. Tapi, biarpun aku terbawa oleh kegelapan ini, biarkan aku mendapat sedikit cahaya ketika ombak ini telah mengantarkanku ke keluargaku.

“Hey, bangunlah, kumohon sadarlah… Jangan biarkan itu terjadi lagi… Jangan mati…”

…Siapa? Aku tidak bisa melihat untuk mengetahui siapa pemilik suara asing ini. Semua gelap. Apa aku masih terbawa oleh ombak? Dimana aku…?

“Bukalah matamu… Sadarlah… Kau sudah kuselamatkan…”

Selamat? Jadi… Aku masih hidup? Perlahan aku membuka mataku, pandanganku masih kabur, namun aku bisa melihat wajah seseorang sedang mengarah padaku. Setelah aku mengedip beberapa kali, barulah aku bisa melihat siapa yang mengaku telah menyelamatkanku. Dia seorang gadis dengan paras layaknya seorang putri di dongeng, begitu cantik, dan dia tersenyum bahagia padaku. Rambut hitam halusnya terikat di belakangnya, sepertinya panjang. Setelah memperhatikan wajah, kulihat tubuhnya, tidak ada yang berbeda sampai aku melihat kakinya. Dia tidak memiliki kaki, namun ekor seperti ikan. Aku tersentak melihat wujudnya, dia bukan manusia! Apa aku masih bermimpi?! Atau aku sudah mati?! Ini tidak mungkin… Manusia ikan itu ada…?

“Aku tau rupaku tidak sama denganmu… Tapi kau tidak perlu takut… Aku tidak menyelamatkanmu untuk menyakitimu. Namaku Miyoung, aku adalah yang seperti yang kau lihat ini, Manusia ikan.”

End Of Flashback

(Normal POV)

“Taeyeon! Ayo pulang! Badai akan terjadi! Kau akan termakan ombak!”

Seseorang menghampiri Taeyeon dan menarik kuat lengannya, namun Taeyeon masih bersikeras untuk melepaskan lengannya itu.

“Lepaskan aku ahjusshi! Aku harus menyelamatkan Tiffany! Aku tidak mau kehilangan orang yang kucintai! Tidak untuk kedua kalinya!”

“Dia manusia ikan! Dia tidak akan mati di dalam laut dan kau tidak akan bisa bersamanya! Kau adalah manusia!”

Mendengar itu, emosi Taeyeon meninggi, dia semakin kuat meronta dari genggaman pamannya.

“Aku tidak perduli ahjusshi! Aku mencintainya! Bagaimana pun caranya aku pasti bisa bersamanya!”

Taeyeon semakin berusaha keras, begitu pula pamannya, namun mereka terhenti ketika petir besar mengejutkan mereka dan terlepas satu sama lain. Ini membuat Taeyeon terpeleset di atas karang yang licin dan terjatuh ke dalam ombak yang ganas.

“TAEYEOOON!”

Flashback
(Tiffany’s POV)

Dengan hati-hati aku mengintip dari balik batu paling besar di daerah pantai ini. Taeyeon bilang dia akan datang menemuiku saat ini, tepat sebelum mataharinya terbenam, maka dari itu aku diam-diam menyelinap keluar dari laut. Aku tidak diperbolekan oleh sukuku untuk mendekat apalagi jatuh cinta pada manusia. Manusia memiliki sifat penghancur, karena mereka kehidupan kami di bawah laut ini terancam bahaya besar. Satu-persatu orang-orang suku kami mati sama seperti ikan-ikan yang mereka tangkapi dengan cara kasar. Karena itu kami membenci manusia, tapi, Taeyeon adalah pengecualian bagiku. Dia berbeda, dia tidak menatapku dengan jijik, dia menatapku layaknya aku adalah permata yang tak pernah ia lihat seumur hidupnya. Aku mencintainya karena ia pun memiliki kelembutan layaknya orang-orang suku kami, tidak seperti yang dikatakan oleh ayahku. Dia dendam kepada manusia karena ibuku terbunuh oleh manusia.

“Tiffany!”

Aku mendengar suara Taeyeon, ketika aku menoleh, dia sedang berlari menuju ke arahku sambil membawa-bawa sesuatu di dalam sebuah box. Setelah dia sampai di sampingku, dia mengeluarkan sesuatu yang ia bawa dari box itu.

“Kyaak! Apa ini?”

“Kamu tidak tau, Fany-ah? Ini anjing.”

Makhluk ini berwarna putih, kupingnya dua, kecil dan berkaki empat. Lucu sekali, dia melompat ke arahku dan menjilati pipiku.

“Lucu tidak? Aku menemukannya di sana teronggok di dalam box ini.”

“Ya Taeyeon! Dia lucu sekali! Bolehkah kunamai Romeo?”

“Romeo? Kenapa Romeo?”

“Ya… Karena dia Romeo. Kau juga kenapa seenaknya memanggilku Tiffany?”

“Huh?”

Aku cemberut kepada Taeyeon yang terlihat heran sambil senyum-senyum namun seperti mengejek. Dia selalu tertawa ketika aku menyebut namaku, Miyoung, dia bilang seperti nama seorang ahjumma. Sejak itu aku jadi benci dengan namaku dan dia memberiku nama Tiffany yang aku tidak tau darimana ia mendapatkannya. Lalu, Taeyeon tersenyum manis kepadaku dan mulai menjelaskan.

“Tiffany adalah penyanyi yang sangat kusukai! Suaranya seperti jelly, dan aku sangat suka Jelly! Dan suaranya juga mirip suaramu…”

Taeyeon berhenti menjelaskan sambil tersipu malu, entah kenapa aku jadi ikut tersipu, aigoo dasar Taeyeon! Aku tersenyum padanya biarpun mukaku masih memerah, dan itu membuat Taeyeon terpana padaku. Aku senang dia menyukai suaraku, aku pun bernyanyi untuknya, agar iya merasa senang. Aku tidak ingin sedikit pun melihat dia bersedih… Tidak lagi… Apa pun yang terjadi dan siapa pun yang membuatnya sedih, aku akan menyingkirkannya darimu, Taeyeon.

“You’ll always be my destiny…”

End Of Flashback

PLAK

Sebuah tamparan keras melayang di pipi Tiffany, sang penampar sangat geram, namun hatinya terluka. Bagaimana tidak, Tiffany sudah berjanji padanya untuk mematuhinya. Manusia adalah makhluk yang paling ia benci setelah kematian istrinya, dan kini manusia telah merebut kesetiaan anaknya pada dirinya.

“Kenapa Miyoung, ayah sangat mempercayaimu… Kenapa kau mengkhianati ayah, juga ibumu…”

Tiffany memegangi pipinya yang terasa nyeri setelah ditampar, dia berusaha keras menahan air matanya. Sebenarnya rasa sakit itu tidak berada di pipinya, namun di hatinya. Dia mencintai Taeyeon, namun ia juga sangat tidak ingin melukai perasaan ayahnya.

“Tapi, appa… Taeyeon bukanlah orang yang seperti itu. Dia berbeda appa, dia membuktikan padaku bahwa tidak semua manusia itu bersifat keji. Buktinya saat ini aku masih berada di depanmu dengan utuh, dia tidak menyakiti fisik maupun batinku. Ia justru menyembuhkanku dari ketakutanku pada manusia, appa. Justru aku merasa kitalah yang kejam, kita telah menyembunyikan manusia-manusia yang tidak sengaja menemukan kita dan membunuh mereka! Appa, taukah kau bahwa mereka adalah keluarga Taeyeon?!”

“Itu sudah sepantasnya! Karena mereka juga kita kehilangan ibumu! Dia pantas mendapatkannya! Bahkan ia pantas mati-”

“Pak Hwang! Maaf mengganggu! Ada seorang manusia terkapar di depan perkampungan kita!”

Seseorang tiba-tiba mendobrak pintu rumah Tiffany dan memecah pertengkaran antara Tiffany dan ayahnya. Sekejap, Tiffany melewati orang yang berdiri di depan pintu rumahnya dan langsung berenang melesat keluar. Tak jauh, ia melihat kerumunan anggota sukunya dan menemukan manusia yang ia cintai terkapar dengan wajah sangat pucat. Sesuatu mendorongnya untuk meneriakan perasaannya, namun ia menyadari tidak ada waktu untuk itu. Segera, Tiffany membopong tubuh Taeyeon sebelum ia benar-benar kehilangan Taeyeon. Setelah ia berusaha berenang menuju ke tempat yang lebih dangkal, barulah ia menyadari sedang terjadi badai. Dia melihat pusaran besar menghampiri perkampungannya. Melihat itu, dia berniat kembali untuk memberi tau orang-orang sukunya, namun jika begitu, Taeyeon tidak akan selamat.

“Oh tidak… Eomma, bagaimana ini… Aku sangat mencintai Taeyeon… Tapi… Dari sanalah aku berasal…”

Tiffany merenung sejenak dan melakukan pergantian tatapan untuk beberapa kali antara perkampungannya dan Taeyeon. Dia merasakan Taeyeon yang sudah mulai kaku dan menyaksikan pusaran yang semakin dekat dengan kampungnya. Akhirnya dia memilih dengan cepat, walaupun sungguh sangat berat baginya, perlahan ia melepaskan Taeyeon dari kedua lengannya dan melihat manusia itu terjatuh dengan perlahan ke laut dalam.

“Mianhaeyo Taeyeon-ah… Biarpun aku sangat menyayangimu… Tapi… Walau bagaimana pun dari sanalah aku berasal.”

Dengan berat, Tiffany pergi menjauh dari Taeyeon yang perlahan-lahan kehilangan nyawanya, ditemani oleh air mata Tiffany yang terjatuh di sekitarnya.

“Goodbye, love…”

“Tunggu, Miyoung!”

Tiba-tiba seseorang memanggil Tiffany, dia kenal benar dengan suara itu dan langsung menoleh padanya, menunjukan air mata yang terjatuh dari matanya. Betapa dia terkejut melihat sosok ayahnya yang membopong Taeyeon di lengannya, dan terlihat sangat miris.

“A..ppa?”

“Bawalah dia, Miyoung, selamatkan dia, berbahagialah dengannya… Aku sadar betapa kau mencintai manusia ini… Semoga dia benar-benar sesuai dengan apa yang kau katakan padaku.”

Tiffany menghampiri ayahnya, dan ayahnya menyerahkan Taeyeon yang terlihat membaik, dia menoleh pada ayahnya dan ia mengangguk padanya.

“Aku memberi ramuan yang bisa membuatnya bernafas di dalam air walaupun hanya sebentar, dan, makanlah ini.”

Tuan Hwang memberikan setangkai tanaman laut pada Tiffany, Tiffany tau tumbuhan apa ini dan ia seperti tidak percaya pada perintah ayahnya untuk memakan tumbuhan ini. Namun, sang ayah hanya mengangguk pasrah dan mencium keningnya lalu melewatinya.

“Waktumu sempit, makanlah selagi kau berenang ke atas… Berjanjilah padaku kau tidak akan kembali, aku tidak ingin menyaksikan kematianmu yang sudah menjadi manusia…”

“Kamsahamnida… Appa… Saranghaeyo…”

Dengan itu, Tiffany menggerakkan ekornya dengan cepat untuk berenang ke atas sambil mengunyah tanaman dan memegangi Taeyeon.

“Nado… Miyoung-ah…”

Zraaash
Zraaash

Taeyeon mendengar suara itu lagi, debur ombak yang selalu ia dengar ketika ia bersama Tiffany. Bersamaan dengan ombak ini, semua tentang Tiffany ikut datang menghampirinya. Dia begitu mencintai manusia ikan itu, tidak peduli dengan perbedaan semua mereka, Taeyeon tetap ingin mereka bersama. Namun ia merasa ia tidak akan bisa bersamanya, dia telah kehilangan fisiknya untuk bertemu Tiffany dan sudah berbeda alam dengannya. Itulah yang Taeyeon pikirkan sebelum ia membuka matanya dan wajah melihat Tiffany sama seperti sewaktu gadis itu menyelamatkannya.

“Kau sudah sadar, Taeyeon-ah?”

Tiffany menitikkan air matanya dan air itu menetes di pipi Taeyeon, membuat Taeyeon semakin sadar. Taeyeon membuka matanya lebar-lebar dan merasakan bahwa posisi kepalanya seperti berada di atas bantalan empuk. Ketika Taeyeon merabanya, ia mengetahui, ini adalah sepasang kaki manusia.

“Tiffany, kau punya…”

“Yah, Byuntae, jangan sentuh pahaku!”

Tiffany tertawa kecil dan menunjukan eye-smilenya pada Taeyeon, Taeyeon membangkitkan diri dari Tiffany dan menatap Tiffany dari atas sampai bawah. Dia sepenuhnya berwujud manusia, sama seperti dirinya, entah dia harus merasa bingung atau pun senang, yang jelas ia sangat bersyukur bahwa dirinya dan Tiffany selamat. Sekejap ia mendekap erat Tiffany dengan tubuhnya, Tiffany pun ikut mendekapnya.

“Sekarang yang kupunya hanya dirimu dan kedua kakiku, Taeyeon-ah… Kalau kau meninggalkanku, aku pun akan meninggalkan dunia ini.”

“Aku pun hanya mempunyai dirimu, Fany-ah… Aku bersumpah pada diriku dan deburan ombak ini, aku akan membiarkan ombak ini memakan diriku bila aku melakukan hal bodoh lagi seperti meninggalkan dirimu…”

“Kau sudah bersumpah, Taeyeon-ah… Tanamkan juga di dalam hatimu kalau kau akan mencintaiku dan menunjukan padaku bahwa kau bukanlah manusia yang kutakuti… Manusia yang tak memiliki-”

“Itu semua sudah tumbuh di dalam hatiku Fany-ah… Saranghae… My destiny.”

==========================

Oke, itu tadi one-shot TaeNy nya dan kepuasan author menulis setelah denger lagu X3

Lumayan panjang juga ternyata, semoga gak ngebosenin dan gak terlalu gaje >.< Soalnya sesuai nama blog ini, the 'random' momma bear.

Ah~ betapa indahnya komentar yang melengkapi ff author 😉 *gombal membujuk mode on*

Coba-coba bikin songfic ^^ kita liat apa cocok atau tidak~ soalnya lagi terbawa-bawa sama lagu ini (˘̩̩̩^˘̩ƪ) download deh, author sempet menitikkan air mata *alah*

Soal fic yang belum rampung, sebenernya udah rampung, tinggal di upload ^^” mohon menunggu dan tetap sabar ya

Kau satu terkasih

Yuri menggenggam erat tangan Jessica, tepat di saat tangan gadis itu gemetar dan mendingin. Merasakan tangan hangat, pandangan Jessica teralihkan pada Yuri yang duduk di sampingnya di depan api unggun kecil yang mereka nyalakan.

“Dingin ya? Mau masuk saja?”

Yuri tersenyum hangat padanya sambil perlahan membelai rambutnya. Itu membuat Jessica merasakan hangatnya kedua tangan Yuri dan merambat ke seluruh tubuhnya. Karena kehangatan ini, Jessica menggelengkan kepala untuk masuk dan bersender pada bahu Yuri.

“Aigoo, manisnya~”

Bagi Jessica, bahu Yuri sangatlah nyaman dan diperuntukan hanya baginya. Namun, dia yakin tidak hanya bahu ini, seluruh bagian dari Kwon Yuri diperuntukan bagi dirinya.

“Yuri… Kau milikku kan?”

Setelah mendengar pertanyaan Jessica, Yuri membalikkan tubuh gadis itu untuk menatapnya.

Kulihat di sinar matamu

“Lihat dan masukilah semua bagian dari diriku ini, otakku, hatiku, batinku, ragaku. Semua milikmu seorang, Jessica Jung”

Jessica menatap bagian dari Yuri satu persatu, mulai dari ujung kakinya hingga ke matanya. Benar, Yuri yang menatap tajam dan lurus kepadanya sangat membuktikan apa yang ia katakan. Sedalam apa pun samudera, tak akan sedalam arti tatapan Yuri padanya. Sesilau apa pun sinar matahari, tak akan sesilau cahaya yang terpantul dari bola mata Yuri.

“Baik, baik, aku percaya, tapi aku tidak bisa memasuki matamu.”

Tersimpan kekayaan batinmu

Jessica selalu yakin pada Yuri, dia tidak harus berkata pun, Jessica sudah sangat yakin akan perasaan Yuri padanya. Entah apa yang membuatnya sangat percaya pada dirinya, ia hanya yakin karena Yuri tidak berkata dengan bibirnya. Tapi dengan batinnya. Segala hal yang Yuri simpan dalam batinnya untuk Jessica Jung terus dan terus mengalir tanpa hentinya. Dan Yuri tidak akan berhenti untuk menyimpan semua hal itu.

“Aku sangat bersyukur bertemu denganmu, Yuri…”

Di dalam senyummu

“Aku yang paling bersyukur karena kau sangat bersyukur bisa menemukanku.”

Yuri kembali menatap Jessica bersamaan dengan senyum tulusnya, membuat Jessica luluh dan mengalir lembut. Senyum itu tak pernah gagal membuatnya ikut tersenyum dan juga tersipu. Hanya lewat senyuman yang ditujukan kepadanya, Yuri bisa menyampaikan isi hatinya.

“Jangan tersenyum seperti itu…”

“Kenapa jangan? Toh, kau ikut tersenyum, aku sangat menyukai senyummu!”

Jessica merasakan darah panas naik ke pipinya, membuat Yuri semakin gembira dan Jessica memukul pelan bahunya, sambil bersembunyi di balik bahu itu.

“Uuh… Dasar…”

Kudengar bahasa kalbumu

“Saranghae…”

Telinga Jessica berkedut mendengar kata yang tak kunjung berhenti ia dengar. Baik lewat telinganya, maupun batinnya. Ya, Yuri tidak pernah berhenti mengucapkannya. Jessica kembali menatap Yuri yang masih saja tersenyum dengan manisnya. Jessica pun tak bisa menahan senyum dan ikut mengucapkan kata itu.

“Nado saranghae, Yuri-ah.”

Mengalun bening menggetarkan

Biarpun terbiasa mendengar kata itu, Jessica masih saja merasa bergetar akan kata bahwa Kwon Yuri mencintainya. Dan kata itu mengalir perlahan dengan murni lurus menuju hatinya. Dan itu menyebabkan sanubarinya bergetar.

Kini dirimu yang selalu

Namun, terkadang ia berpikir, apa Yuri selalu merasakan hal yang sama dengannya. Selama bertahun-tahun dia bersama Kwon Yuri, apa Kwon Yuri pernah merasa jera pada Jessica Jung yang tak pernah berhenti mencintainya. Jessica ingin menanyakannya, namun ia tidak yakin apa ia harus bertanya atau tidak. Karena Yuri pasti akan menjawab ‘tidak’ dengan mantapnya. Benaknya sangat tidak ingin menanyakan hal itu, namun batinnya ragu akan jawaban darinya. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk bertanya pada Yuri.

“Yuri… Pernahkah kau merasa jera mencintaiku?”

Bertahta di benakku

“Tidak.”

Seperti yang ia pikirkan, pasti itulah jawaban Yuri. Namun, ia tetap merasa ragu, walaupun hanya sedikit akan jawaban itu. Ia berdebat di dalam benaknya akan jawaban itu, padahal sudah dengan mantap Yuri menjawab, namun keraguan masih tidak ingin pergi darinya.

Dan aku kan mengiringi

Melihat Jessica yang terlihat gelisah di balik bahunya sambil memegangi lengannya, Yuri tertawa kecil. Dia membelai rambut Jessica sekali lagi dan menghela nafas, membuat asap kecil dari mulutnya akibat udara yang dingin.

“Apa kau ragu akan jawabanku?”

Jessica buru-buru menggelengkan kepalanya karena dia tidak ingin Yuri curiga padanya. Padahal pertanyaan Yuri sangat tepat dengan apa yang ia rasakan, walaupun sedikit.

Bersama di setiap langkahmu

“Aku tau kau ragu… Kemarilah…”

Yuri memutar posisi duduknya agar ia menghadap Jessica, lalu membuka lebar kedua lengannya. Menginisialkan pada Jessica untuk mendekapnya. Jessica perlahan mendekat dan mendekap tubuh hangat Yuri, dengan sedekat ini, dia bisa mendengar degup jantungnya.

“Bisa dengar suara jantungku?”

“Ya… Sangat jelas…”

Percayalah

“Berhentilah meragu… Karena aku tak pernah jera mencintai Jung Sooyeon sama seperti jantungku yang tak pernah jera berdegup…”

Kata-kata itu menyentuh langsung ke batin Jessica dengan lembut, memang tidak seharusnya ia meragukan Yuri. Jessica mendekap erat Yuri dan menyembunyikan wajahnya di tubuh Yuri.

Hanya diriku paling mengerti

Yuri menyingkirkan poni Jessica untuk mengecup keningnya. Dia memeluk erat kepala Jessica yang berada di depan dadanya. Dia mengerti mengapa Jessica menanyakan hal itu, hubungan mereka memang terjalin cukup lama dan tak pernah sekali pun mereka bertengkar hebat hingga berhenti mencintai satu sama lain. Yuri sendiri pun terkagum akan betapa kuatnya hubungan di antara mereka. Jessica Jung memang bertakdir dengannya, sehingga tak ada rintangan apa pun yang dapat menghentikan cinta mereka.

Kegelisahan jiwamu kasih

Mungkin keraguan ini hilang setelah Yuri memberi jawaban tepat bagi pertanyaannya. Namun kata-kata Yuri membuat satu pertanyaan lagi dan itu sangat mengganggu benaknya sehingga ia mencucurkan air matanya. Yuri merasakan sesuatu yang membasahi pakaiannya dan ia langsung khawatir pada kekasihnya.

“Sica? Apa yang mengganggumu?”

Yuri melepas pelukannya dan menggunakan kedua tangannya untuk mengangkat wajah Jessica yang dinodai oleh air mata.

“…aku sangat mencintaimu Yuri… Dan tidak ingin jantungmu berhenti berdegup dan menghilangkan dirimu dariku…”

Dan arti kata kecewamu

Yuri tersenyum untuk menenangkan hati kekasihnya yang begitu gelisah memikirkan dirinya. Dia membelai kedua sisi pipi Jessica dengan ibu jarinya dan kemudian menempelkan bibirnya dengan bibir Jessica.

“Aku sangat mengerti ketakutanmu itu… Aku pun tidak ingin kehilangan dirimu… Namun kita harus percaya… Bahwa biarpun raga ini menghilang… Cinta yang pernah kita rajut bersama juga jiwa kita tidak akan pernah menghilang… Untuk terus menjaga satu sama lain…”

Kasih yakinlah

Jessica memejamkan matanya untuk menghentikan air matanya yang terus mengalir dan kembali mendekap Yuri.

“Benarkah kau akan terus di sisiku? Termasuk jiwamu?”

“Setiap detiknya. Sama seperti ketika aku masih menginjak tanah yang sama denganmu.”

Hanya aku yang paling memahami

Jessica tersenyum puas dibalik pelukannya, hanya Yuri seorang yang bisa membuatnya sepuas ini. Memiliki seorang Kwon Yuri seutuh-utuhnya merupakan anugerah terindah dalam hidupnya. Seseorang yang begitu setia mendampinginya dan begitu memahami segala gundah yang ia rasakan.

“…apa kau mengatakan yang sejujurnya dari dalam hatimu Yuri?”

Yuri mengangguk pelan dengan tatapan penuh keyakinan pada Jessica. Dia tidak berbohong, jessica tau itu.

Besar arti kejujuran diri

Dan dari semua yang dimiliki Yuri, dan semua perkataan Yuri padanya, itu semua murni tidak hanya terucapkan, namun terbuktikan. Jessica sangat menyukai aspek ini yang Yuri miliki, sebuah kejujuran. Tidak sedikit pun perkataan Yuri kepadanya mengandung kebohongan.

“Apa yang membuat semua hal yang berhubungan denganmu begitu indah, Yuri? Aku tidak sedikit pun bisa menemukan hal yang tidak kusukai dari dirimu.”

Indah sanubarimu kasih

“Semua bagian dariku yang indah bagimu adalah bagian-bagian yang terkena keindahan hati seorang Jessica Jung. Aku adalah bagian dari keindahan hatimu, Jessica.”

Yuri memang bisa membuat Jessica merasa dialah yang terbaik. Namun Jessica tidak merasa demikian, Yurilah hal terindah dan terbaik, tepatnya kekasihnya yang memiliki sanubari terindah yang membuatnya merasa teristimewa.

“Itu tidak benar… Semua hal menakjubkan di dalam dirimu memang berasal dari dirimu sendiri, Yuri-ah…”

Percayalah…

Yuri merasa gemas kepada kekasihnya yang terlihat begitu imut bersikeras untuk meyakinkannya. Yuri mengecup bibir Jessica sekali lagi kemudian menunjuk pada dadanya.

“Di sini ada keindahan karena ada Jessica Jung di dalamnya… Dan di sini pun ada Kwon Yuri yang memiliki keindahan karena Jessica Jung.”

Dia menyelesaikan kata-katanya sambil menunjuk dada Jessica dengan tangannya yang lain. Jessica mengerutkan alisnya, Yuri membuatnya bingung. Namun dia tetap percaya bahwa dirinya begitu istimewa bagi Yuri karena dia mencintai Yuri dengan setulus hatinya.

==========================

Song : Bahasa Kalbu by Titi DJ

Author memaksa membaca ini sambil mendengar lagunya, biar dear reader bisa merasakan lagunya+ff nya nyambung apa gak ^^” soalnya author nguantuk asli ><"

(udah mah lama gak muncul, gak nge-update ff malah maksa lagi, author ngelunjak) *diserbu+digiles+dibakar+dibom reader*

A/N : Ini broken fic lho, yang gak mau galau jangan baca ya~ tapi tetep komen~ *digebuk reader*

======================

“Kamu yakin sudah tidak apa-apa, Yuri?”

“Ne, eomma, aku harus berangkat sekarang, aku sudah sarapan dan bersiap-siap… Ne, annyeong.”

Yuri menutup percakapannya dengan sang ibu yang jauh di sana. Di sini, di apartemennya di Seoul, dia sedang menuntut ilmu. Dia menghela nafas panjang setelah melirik seisi ruangan apartemennya yang putih bersih namun hampa.

“Kau selalu tau kan… Mengapa aku mengecat semua dinding di sini dengan warna putih?”

Yuri berbicara di ruangan kosong itu seperti ada seseorang lagi selain dirinya di tempat itu. Kenyataannya tak satu makhluk hidup pun berada di sana selain dirinya. Beberapa menit dia terhening di tempat yang menyimpan sunyi di dalamnya. Setelah agak lama dia menunggu jawaban pertanyaannya, akhirnya dia menyerah menunggu dan beranjak dari tempat dia berdiri. Vas bunga yang berada di etalase dekat pintu dibanting olehnya. Dia sungguh benci keheningan yang menggantung dirinya ini.

“Pagi Yuri! Aku senang kamu sudah masuk lagi! Biarpun banyak tugas menunggumu sih, hanya saja, bersemangatlah!”

Seorang sahabat dari Yuri, Tiffany, menghampirinya dengan eye-smile pemberi semangat seperti biasanya. Namun reaksi Yuri hanya senyum masamnya dan dia kembali berjalan dengan beratnya seperti ada benda berat yang ia pikul di bahunya. Sebagai sahabat yang terus bersamanya selama bertahun-tahun, dia tau persis apa yang menyiksa temannya. Senyum Yuri yang selalu Tiffany jumpai jika mereka bertemu lenyap begitu saja setelah peristiwa hari itu. Padahal sudah sebulan lebih sejak peristiwa itu menguasai otak Yuri, namun sahabatnya itu masih saja terhanyut oleh atmosfer yang baru ia rasakan selama hidupnya.

“Mau berapa lama kamu seperti ini terus, Kwon Yuri?!”

Mendadak Tiffany menghentikan langkahnya di samping Yuri, namun Yuri tak lantas berhenti bersama Tiffany.

“Aku paham tentang pedihmu!”

Yuri tetap berjalan.

“Tapi dia akan membencimu jika kau terus menganggap seolah-olah dia pergi begitu saja dan akan kembali!”

Yuri masih saja berjalan.

“Dia tak mungkin kembali karena dia terus berada di dekatmu! Dia masih bersamamu, tepat di dalam dirimu…”

…..

“Dalam ingatan hatimu…”

Yuri berdiam diri tepat di depan Tiffany, membelakanginya dengan jarak sekitar 3 meter. Otot Yuri menegang di sekitar tangannya karena dia mengepal kuat kedua tangan itu. Sudah banyak orang yang terus menasihatinya untuk merelakan ‘dirinya’. Namun Yuri terlalu menaruh hatinya pada ‘dia, sehingga semua ingatan tentang orang itu pergi bersama dengan hatinya. Yuri membalikkan tubuhnya untuk menghadap Tiffany, dengan tatapan yang dingin milik Yuri, Tiffany semakin kasihan padanya.

“Kau tidak tau aku! Kau tidak tau pedihku! Ingatan itu sudah terbawa olehnya, terkubur bersama dengan hatiku! …Tolong jauhi aku, aku tidak butuh siapa pun kecuali dirinya, tidak terkecuali dirimu… Hwang Miyoung”

“Yah!”

Sooyoung menghadap Yuri yang sedang menunduk dengan tatapan sinisnya. Yuri mendengar suara Sooyoung, namun sama sekali tidak menggubrisnya.

“Perhatikan aku, Kwon Yuri! Kau pikir apa yang sudah kau lakukan?! Pedihmu itu kami rasakan! Semakin parah kau begini, semakin parah pula luka kami! Bergeraklah Kwon Yuri! Dia tidak akan kembali!”

“Tutup mulutmu itu atau aku akan membunuhmu Choi Sooyoung!”

Yuri seketika berdiri dari kursinya dan menyambar kerah Sooyoung. Sooyoung sedikit tersentak, namun dia emosi dan malah semakin emosi menerima kelakuan Yuri.

“Oh ya? Bunuh aku! Bunuh aku kalau kau sanggup! Kau sudah mati, tidak sepertiku yang masih hidup dan menjalaninya dengan baik!”

PLAK

Taeyeon mendatangi kedua temannya itu dan langsung menyambar pipi mereka dengan cara kasar.

“Pertengkaran adalah kesalahan dua belah pihak… Sooyoung, biarkan dia, hanya dirinya sendiri yang bisa memulihkannya kembali… Yuri… Berusahalah lebih keras lagi, kami tidak akan membantumu lagi.”

Dengan itu, Taeyeon menarik Sooyoung menjauh dari Yuri, meskipun masih emosi, Sooyoung tidak bisa melawan Taeyeon. Yuri kembali duduk di kursinya dan membaca buku yang sedari tadi menjadi bahan kesibukannya. Ia sama sekali tidak membacanya, ia hanya tidak ingin melihat tempat di mana ia selalu bersama ‘dirinya’.

‘Kumohon… Jangan siksa aku lebih dari ini… Temui aku segera Sooyeon-ah… Mataku sudah tak kuat berharap melihat sosokmu yang kudamba kembali…’

Flashback

‘Aku pulang… Lho?! Kenapa semua putih begini?’

Jessica baru kembali dari latihan vokalnya, dia tersentak melihat semua dinding apartemennya dan Yuri dicat putih oleh kekasihnya itu. Jessica menatap heran pada Yuri yang terlihat bangga, entah oleh pengecatan di tubuhnya atau di dindingnya.

‘Hehe, kau suka? Aku sendiri yang mengecat semua ini lho, ketika kamu pergi~ cepat kan?’

Jessica mulutnya menganga, dia sendiri pun bingung karena pekerjaan Yuri, atau perubahan Yuri yang jadi hampir ‘putih’ semua. Dia memperhatikan daerah sekitar ruangan apartemen mereka sambil berjalan menghampiri Yuri. Bahkan pintu kamar mereka di cat putih oleh Yuri, membuat perbedaan pintu dan dinding jadi tidak terlihat.

‘Yah! Kalau begini jadi tidak keliatan kan, pintunya di mana?!’

Jessica memprotes pada Yuri sambil menunjuk-nunjuk pintunya. Yuri tertawa panik karena dia lupa, seharusnya dia tidak mengecat pintu itu.

‘Mianhae, aku lupa, nanti aku cat coklat lagi deh T_T’

Jessica menggembungkan pipinya sambil memperhatikan hasil pekerjaan Yuri di ruangan lainnya. Setelah selesai, biarpun jadi putih semua, Jessica cukup senang dengan pekerjaan Yuri. Tidak ada salahnya dengan cat putih bersih yang membuat atmosfer ruangan semakin terang.

‘Ya sudahlah, ini lumayan… Tapi kenapa kamu tiba-tiba mengecat begini?’

Setelah akhirnya pertanyan Jessica yang Yuri tunggu-tunggu terdengar, Yuri tersenyum puas sambil menjelaskan.

‘Karena aku tidak butuh banyak warna! Tempatku melangsungkan hidup sudah sangat berwarna karena Jessica Jung ada bersamaku!’

Wajah Jessica memerah pada gombalan Yuri. Hanya karena itu dia mengecat seluruh ruangan ini, Kwon Yuri benar-benar bertekad menunjukan cintanya pada Jessica. Jessica memukul lengan Yuri sambil menahan senyum.

‘Gombal…’

Jessica sedang membelai rambut Yuri yang terlelap di pangkuannya di atas sofa. Yuri selalu memaksa Jessica melakukan ini jika ia sedang sangat ingin dimanja. Namun kali ini Yuri sama sekali tidak memaksa karena justru Jessica lah yang menawarkan. Rambut halus Yuri terus dibelai Jessica, dengan lirih dia pun menatap wajah Yuri yang tertidur di pangkuannya.

‘Kalau… Kita tidak bersama… Aku sekarang sedang apa ya…’

Biarpun tertidur, Jessica tau Yuri pasti bangun jika ia berbicara, telinga Yuri entah kenapa sangat peka pada suara Jessica. Yuri masih menutup matanya karena dia berpikir tentang jawaban atas pertanyaan Jessica.

‘Aku tidak terbayang, karena aku bahkan tidak bisa membayangkan kalu kita tidak bersama…’

‘Yuri, kamu ini…’

‘Kenapa? Tidak salah kan? Hehe…’

Yuri kembali terlelap. Setelah Jessica terus membelai rambut Yuri, dia memastikan Yuri benar-benar sudah tertidur nyenyak.

‘Aku mungkin sudah terbang di atas sana kalau aku tidak bersama kamu Yuri-ah…’

‘Kenapa kamu tidur di sini, Sica baby? Ayo pindah ke tempat tidur kita… Kau sangat menyukainya kan? Empuk dan hangat? Ditambah lagi aku pun bisa menemanimu di tempat tidur itu… Tapi peti ini terlalu sempit untuk kita berdua, Sica-ah… Ayo keluar…’

‘Kalian mau apa?! Siapa yang suruh kalian menutup petinya?! Dia belum keluar! Kau akan membunuhnya! Dia tidak akan bisa bernafas!’

‘Dia akan kembali kan, eomma, appa? Jawab aku… Kumohon… Aku rindu padanya… Bisakah kalian menghubunginya untuk membujuknya kembali padaku…?’

End of Flashback

“Yuri?”

Yuri terbangun dengan beberapa tetes air mata kering di pipinya. Dia membuka matanya dan melihat sosok ‘dirinya’ berdiri di depan matanya. Tanpa ragu, sosok itu langsung didekap Yuri. Dia menutup mata dan bibirnya, dia sama sekali tidak butuh kata-kata dan tidak butuh mata kali ini. Karena ia sudah yakin ini Jung Sooyeon yang ia rindukan.

“Keyakinanku sangat besar padamu, Sica… Kau pasti kembali padaku…”

Jessica masih memeluk sosok Yuri yang ‘hampir nyata’ baginya. Dia perlahan mengelus punggung Yuri biarpun ia tau, Yuri tidak akan merasakan sentuhannya yang tidak nyata. Yuri masih saja menangis dan mendekap Jessica biarpun sudah agak lama ia melakukan ini. Tapi, ini sudah batas Jessica, dia harus menyampaikan pesannya pada Yuri.

“Kau, Kwon Yuri… Aku ke sini untuk mengembalikan ingatanmu akan diriku… Hatimu… Tapi berjanjilah ini sudah cukup, aku akan memusuhimu jika kau menginginkan lebih dari ini, bersemangatlah kembali! Yuri yang aku cintai adalah Yuri yang telinganya peka terhadap suaraku… Apalagi permintaanku… Dan untuk yang terakhir…”

Mendengar itu, Yuri merasa bimbang namun sangatlah lega. Tapi Jessica benar, dia peka terhadap suara Jessica, terlebih permintaan terakhirnya. Setelah menghapus air matanya dan melepas Jessica, dengan mantap Yuri tersenyum kembali dengan tulus hatinya pada Jessica. Dengan ini pun, akhirnya Jessica merasa teramat tenang karena ia percaya Yuri akan kembali bergerak. Kecupan manis yang tak terasa di keningnya dari Jessica tetap membangkitkan semangatnya.

“Aku sudah tidak akan kembali… Ini terakhir kalinya aku kembali… Jadi kumohon, jangan lagi kau percaya aku akan kembali… Biarkan aku tenang melihatmu tersenyum dari atas sana…”

Sejak saat itu Yuri mendapatkan kembali ingatannya tentang Jessica, dia bisa merasa tenang karena ia menyadari, Jessica terus bersamanya. Biar pun hanya ingatan tanpa sosok. Namun ia tidak selalu memikirkan Jessica, dia sadar, memikirkan Jessica setiap saat malah akan membuatnya terlarut kembali.

“Aku senang kau kembali, Yuri-ah. Aku senang kau sudah mampu bersikap tegar.”

“Ya, mengharapkannya kembali adalah tidak mungkin, namun mengingatnya kembali bisa kulakukan bila aku rindu padanya. Aku pun masih bisa mengunjunginya di makamnya, jadi aku tidak benar-benar kehilangan dirinya…”

Tiffany tersenyum pada Yuri yang kelihatannya sangat yakin kalau dia sudah pulih. Namun, Yuri masih saja terdengar masih sangat mencintai Jessica bagi Tiffany. Sebab Tiffany tau, Jessica lah cinta pertama dan terakhir seorang Kwon Yuri, yang akan terus melekat di dalam hatinya. Saat ini, Yuri dan Tiffany sedang berjalan kaki menuju makam Jessica. Di tengah jalan, Yuri merasakan hawa dan suara Jessica biarpun samar-samar. Pikir Yuri, mungkin karena dia akan berkunjung ke makamnya. Saat hampir sampai, Yuri melihat Jessica sudah menghadapanya tepat di depan makamnya. Mungkin, Jessica menyadari ia akan datang, dengan senang hati dia berjalan menuju Jessica dan memeluknya. Tanpa ia sadari sedikit pun, dia sebenarnya telah memeluk Jessica tanpa raganya. Karena di saat hendak menghampirinya, raganya telah terhempas oleh kendaraan yang kehilangan keseimbangan. Tiffany yang menyaksikan kejadian yang sangat cepat itu hanya bisa terkejut namun terharu melihat betapa bahagianya Yuri menutup matanya sambil tersenyum setulus itu.

======================

A/N : Ok, author merasa ini cukup aneh, bagaimana dengan dear reader?